Subscribe For Free Updates!

We'll not spam mate! We promise.

3.27.2011

KONDISI PEMBELAJARAN SAINS DI INDONESIA

National Science Education Standard yang diterbitkan di Amerika bukanlah tuntutan
yang harus dipenuhi oleh guru-guru sains di Indonesia. Akan tetapi sebagai wacana
tidaklah dilarang untuk dicermati. Hal-hal positif yang dapat diambil dari wacana ini
tidaklah salah kalau kita cermati, renungkan dan laksanakan. Indonesia belum
mempunyai Standar pendidikan sains yang berlaku nasional yang selengkap yang
dimiliki oleh Negara Amerika. Beberapa peraturan pemerintah dan Undang-undang
sudah mengarah kearah standar tersebut. Misalnya Peraturan Pemerintah No. 22 Tahun
2006 tentang Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar. Pada Standar
Kompetensi dan Kompetensi Dasar tercantum konten sains dan Kompetensi apa yang
harus siswa miliki setelah mempelajari konten tersebut. Peraturan Pemerintah No. 23
Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan (SKL) memuat SKL apa yang harus
dimiliki minimal oleh seorang siswa ketika menyelesaikan satu jenjang atau satu
kelompok mata pelajaran atau mata pelajaran. Pada Undang-undang No. 14 Tahun
2005 tentang guru dan dosen, guru dituntut mengembangkan empat kompetensi yaitu
kompetensi pedagogi, professional, sosial dan kepribadian. Sayangkan tidak ada
penjelasan tentang bagaimana seorang guru dapat mewujudkan ke empat kompetensi
tersebut. Dan bagaimana pemerintah dapat memfasilitasi guru-guru untuk mencapai ke
empat kompetensi itu. Bagaimanapun, sama dengan apa yang tercantum dalam standar
nasional pendidikan sains kepunyaan Amerika, untuk dapat mengingkatkan keempat
kompetensi tersebut perlu wadah atau cara yang dapat memandu guru untuk
melaksanakannya.
Berkaitan dengan tuntutan mengajar sains pada Standar nasional pendidikan sains
Amerika yang mewajibkan guru melakukan pembelajaran berbasis inkuiri, sebetulnya
apabila kita cermati KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) bagian Kompetensi
Dasar, tuntutan itu sudah tersurat.

Sistem penilaian hasil belajar

Penilaian proses dan hasil belajar IPA menuntut teknik dan cara-cara penilaian yang
lebih komprehensif (Stiggins, 1994). Di samping aspek hasil belajar yang dinilai harus
menyeluruh yaitu aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik, teknik penilaian dan
instrumen penilaian seyogianya lebih bervariasi. Hasil belajar dapat dibedakan
menjadi pengetahuan (know-ledge), penalaran (reasoning), keterampilan (skills), hasil
karya (product), dan afektif (affective). Adapun hasil belajar tersebut dapat diungkap
atau dideteksi melalui beberapa cara atau teknik seperti: pilihan atau respons terbatas
(selected response), asesmen esai (essay assessment), asesmen kinerja (performance
assessment), dan komunikasi personal (personal communication).
Guru perlu memperoleh bekal wawasan melalui berbagai pelatihan dan pemodelan,
atau memperoleh pedoman yang memadai (semacam petunjuk teknis atau petunjuk
pelaksanaan). Selain itu guru perlu mendapat contoh-contoh soal sains (IPA) yang
diluncurkan dalam studi-studi internasional seperti PISA dan TIMSS.


Programme for International Student Assessment (PISA)

Program PISA menyediakan suatu landasan baru untuk dialog masalah kebijakan dan
untuk berkolaborasi dalam mendefinisikan dan mengimple-mentasikan tujuan-tujuan
besar pendidikan. Implementasi tujuan-tujuan tersebut dilakukan dalam cara-cara
yang inovatif dan reflektif yang mempertimbangkan keterampilan-keterampilan yang
relevan dengan kehidupan orang dewasa.
PISA membedakan literasi membaca (reading literacy), literasi matematika
(mathematical literacy), dan literasi sains (scientific literacy) setiap tiga tahun sekali.
Asesmen PISA pertama kali diselenggarakan pada tahun 2000. Dengan fokus terhadap
literasi membaca (reading literacy), PISA 2000 menunjukkan perbedaan yang luas di
negara-negara yang sukses dalam memfasilitasi para siswanya untuk mengakses,
mengelola, mengintegra-sikan, mengevaluasi dan merefleksikan informasi tertulis agar
dapat mengembangkan potensi mereka dan memperluas wawasan mereka selanjutnya.
PISA 2000 juga menggaris bawahi variasi yang signifikan kinerja sekolah-sekolah
dan mengusulkan kepedulian tentang kesamaan (equity) dalam distribusi kesempatan.
Hasil-hasil pertama asesmen PISA 2003 yang fokusnya pada matematika
menunjukkan bahwa rata-rata kinerja kelompok 25 negara OECD mengalami
peningkatan perolehan pada satu atau dua area konten matematika setelah diadakan
asesmen tahun 2000 dan 2003. Literasi membaca dan literasi sains pun tampaknya
mengalami perolehan yang relatif lebih lebar pada learning outcomes negara-negara
yang para siswanya termotivasi untuk belajar, percaya diri pada kemampuan mereka
sendiri dan strategi belajar mereka. Lebih jauh dilaporkan variasi hasil menurut gender
dan latar belakang status sosial ekonomi (SES) kelompok negara-negara. Terlebih-
lebih penting adalah studi tersebut melaporkan hal yang menggembirakan dari negara-
negara yang berhasil mencapai standar kinerja yang tinggi sementara pada saat yang
bersamaan menyediakan suatu distribusi kesempatan belajar yang sama. Hasil capaian
negara-negara tersebut menjadi tantangan bagi negara-negara lainnya untuk
memperlihatkan apa yang mungkin untuk dicapai. Hasil PISA 2000 digunakan sebagai
baseline dan setiap tiga tahun negara-negara akan dapat melihat kemajuan yang telah
dicapainya.
Untuk menilai apakah IPA diimplementasikan di Indonesia, kita dapat melihat hasil
literasi IPA anak-anak Indonesia. Hal ini mengingat arti literasi sains/IPA (scientific
literacy) itu sendiri yang ditandai dengan kerja ilmiah, dan tiga dimensi besar literasi
sains yang ditetapkan oleh PISA, yaitu konten IPA, proses IPA, dan konteks IPA.
Hasil penelitian PISA tahun 2000 dan tahun 2003 menunjukkan bahwa literasi sains
anak-anak Indonesia usia 15 tahun masing-masing berada pada peringkat ke 38 (dari
41 negara) dan peringkat ke 38 dari (40 negara) (Bastari Purwadi, 2006). Skor rata-rata
pencapaian siswa ditetapkan sekitar nilai 500 dengan simpangan baku 100 point. Hal
ini disebabkan kira-kira dua per tiga siswa di negara-negara peserta memperoleh skor
antara 400 dan 600 pada PISA 2003. Ini artinya skor yang dicapai oleh siswa-siswa
Indonesia kurang lebih terletak di sekitar angka 400. Ini artinya bahwa siswa-siswa
Indonesia tersebut diduga baru mampu mengingat pengetahuan ilmiah
berdasarkan fakta sederhana (Rustaman, 2006b).

Standar Penilaian (Asesmen)

Standar penilaian menyediakan kriteria untuk menentukan kualitas praktik-pratik
penilaian. Standar penilaian meliputi lima bidang sebagai berikut.
1) Konsistensi penilaian dengan suatu keputusan merupakan desain untuk informasi;
2) Penilaian prestasi dan kesempatan untuk belajar sains;
3) Mencocokkan antara kualitas teknis dari kumpulan data dan konsekuensi tindakan
yang perlu dilakukan berbasis data tersebut;
4) kejujuran dalam praktik penilaian;
5) ketepatan penarikan kesimpulan berdasarkan penilaian tentang prestasi siswa dan
kesempatan untuk belajar.

Dari kurikulum yang dikembangkan oleh the National Research Council USA tersebut
dapat diperoleh pokok-pokok pikiran untuk pengembangan Kurikulum IPA ke depan
sebagai berikut.
1) Penggolongan standar isi untuk seluruh tingkatan kelas sama, perbedaan terletak
pada kesesuaian antara dimensi pengetahuan (knowledge) dan dimensi proses
kognitif. Dimensi pengetahuan kognitif berisi empat katagori, yaitu: pengetahuan
faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif. Keempat katagori
diasumsikan terletak antara konkrit (faktual) sampai abstrak (metacognitif).
Sedangkan dimensi proses kognitif meliputi: mengingat (remember), mengerti
(understand), menerapkan (apply), menganalisis (analyse), mengevaluasi
(evaluate), dan mencipta (create) (Anderson dan Krathwohl, 2001: 5).
2) Pada pengajaran IPA, guru hendaknya: (a) mengajar IPA berbasis Inkuiri; (b)
sebagai pembimbing dan fasilitator; (c) menciptakan pembelajaran yang berpusat
kepada siswa; (d) merancang lingkungan sedemikian rupa untuk sumber
pembelajaran kontekstual; (e) mencip-takan kelompok belajar sains.
3) Penilaian pembelajaran hendaknya menekankan pada aspek-aspek yang penting
untuk dinilai, bukan yang mudah dinilai;
4) Penilaian hasil belajar jangka panjang berupa kemampuan (ability) dicapai melalui
interaksi antara pengetahuan (knowledge) dan keterampilan (skills), dengan
penilaian otentik (authentic assessment), berdasarkan data, dan jujur.

Standar Kompetensi Lintas Kurikulum

Standar Kompetensi Lintas Kurikulum merupakan kecakapan hidup dan
belajar sepanjang hayat …. Standar Kompetensi Lintas Kurikulum ini meliputi:
a. Menggunakan bahasa untuk memahami, mengembangkan, dan mengko-
munikasikan gagasan dan informasi, serta untuk berinteraksi dengan
orang lain.
b. Berpartisipasi, berinteraksi, dan berkontribusi aktif dalam masyarakat dan
budaya global berdasarkan pemahaman konteks budaya, geografis, dan
histories.
c. Berkreasi dan menghargai karya artistic, budaya, dan intelektual serta
menerapkan nilai-nilai luhur untuk meningkatkan kematangan pribadi
menuju masyarakat beradab.
d. Berfikir logis, kritis, dan lateral dengan memperhitungkan potensi dan
peluang untuk menghadapi berbagai kemungkinan.
e. Menunjukkan motivasi dalam belajar, percaya diri, bekerja mandiri, dan
bekerja sama dengan orang lain.

Teori Belajar dari Perspektif Kognitif

Tidak seperti halnya belajar menurut perspektif behavioris dimana perilaku manusia tunduk pada peneguhan dan hukuman, pada perspektif kognitif ternyata ditemui tiap individu justru merencakan respons perilakunya, menggunakan berbagai cara yang bisa membantu dia mengingat serta mengelola pengetahuan secara unik dan lebih berarti. Teori belajar yang berasal dari aliran psikologi kognitif ini menelaah bagaimana orang berpikir, mempelajari konsep dan menyelesaikan masalah. Hal yang menjadi pembahasan sehubungan dengan teori belajar ini adalah tentang jenis pengetahuan dan memori.

Jenis Pengetahuan

Menurut pendekatan kognitif yang mutakhir, elemen terpenting dalam proses belajar adalah pengetahuan yang dimiliki oleh tiap individu kepada situasi belajar. Dengan kata lain apa yang telah kita diketahui akan sangat menentukan apa yang akan menjadi perhatian, dipersepsi, dipelajari, diingat ataupun dilupakan. Pengetahuan bukan hanya hasil dari proses belajar sebelumnya, tapi juga akan membimbing proses belajar berikutnya. Berbagai riset terapan tentang hal ini telah banyak dilakukan dan makin membuktikan bahwa pengetahuan dasar yang luas ternyata lebih penting dibanding strategi belajar yang terbaik yang tersedia sekalipun. Terlebih bila pengetahuan dan wawasan yang luas ini disertai dengan strategi yang baik tentu akan membawa hasil lebih baik lagi tentunya.

Perspektif kognitif membagi jenis pengetahuan menjadi tiga bagian, yaitu:

Pengetahuan Deklaratif, yaitu pengetahuan yang bisa dideklarasikan biasanya dalam bentuk kata atau singkatnya pengetahuan konseptual.
Pengetahuan Prosedural, yaitu pengetahuan tentang tahapan yang harus dilakukan misalnya dalam hal pembagian satu bilangan ataupun cara kita mengemudikan sepeda, singkatnya “pengetahuan bagaimana”.
Pengetahuan Kondisional, adalah pengetahuan dalam hal “kapan dan mengapa” pengetahuan deklaratif dan prosedural digunakan.

Pengetahuan deklaratif rentangnya sangat beragam, bisa berupa pengetahuan tentang fakta (misalnya, bumi berputar mengelingi matahari dalam kurun waktu tertentu), generalisasi (setiap benda yang di lempar ke angkasa akan jatuh ke bumi karena adanya gaya gravitasi), pengalaman pribadi (apa yang diajarkan oleh guru sains secara menyenangkan) atau aturan (untuk melakukan operasi penjumlahan dan pengurangan pada pecahan maka pembilang harus disamakan terlebih dahulu).

Menyatakan proses penjumlahan atau pengurangan pada bilangan pecahan menunjukkan pengetahuan deklaratif, namun bila siswa mampu mengerjakan perhitungan tersebut maka dia sudah memiliki pengetahuan prosedural. Guru dan siswa yang mampu menyelesaikan soal melalui rumus tertentu atau menterjemahkan teks bahasa Inggris adalah contoh kemampuan pengetahuan prosedural lainnya. Seperti halnya siswa yang mampu berenang dalam satu gaya tertentu, berarti dia sudah menguasai pengetahuan prosedural hal tersebut, dengan kata lain penguasaan pengetahuan ini juga dicirikan oleh praktek yang dilakukan.

Sedangkan pengetahuan kondisional adalah kemampuan untuk dapat mengaplikasikan kedua jenis pengetahuan di atas. Dalam menyelesaikan persoalan perhitungan kimia misalnya, siswa harus dapat mengidentifikasi terlebih dahulu persamaan apa yang perlu dipakai (pengetahuan deklaratif) sebelum melakukan proses perhitungan (pengetahuan prosedural). Pengetahuan kondisional ini jadinya merupakan hal yang penting dimiliki siswa, karena menentukan penggunaan konsep dan prosedur yang tepat. Terkadang siswa mengetahui fakta dan dapat melakukan satu prosedur pemecahan masalah tertentu, namun sayangnya mengaplikasikannya pada waktu dan tempat yang kurang tepat.

Hal yang sangat penting jadinya untuk mengidentifikasi jenis pengetahuan ini bagi guru ketika mengajar. Mempelajari informasi tentang pokok bahasan tertentu tidak selalu menyebabkan siswa akan menggunakan informasi tersebut. Tidak juga latihan menyelesaikan banyak soal pada topik bahasan tertentu, akan membantu mereka memahami satu prinsip lebih mendalam. Mengetahui sesuatu topik, mengetahui prosedural penyelesaian masalah serta tahu kapan dan mengapa menggunakan pengetahuan tersebut adalah hasil belajar yang berbeda-beda, dan tentu saja ini perlu diajarkan dengan cara yang berbeda pula.

Model Pengolahan Informasi

Untuk menggunakan tiga jenis pengetahuan di atas, tentunya kita harus dapat mengingatnya dengan baik. Hal berikutnya teori belajar yang dibahas dalam perspektif kognitif ini adalah tentang bagaimana individu mengingat dan bagian apa saja dari memori yang bekerja dalam proses berpikir seperti pada pemecahan masalah. Model pengolahan informasi merupakan salah satu model dari perspektif teori belajar ini yang menjelaskan kerja memori manusia sesuai dengan analogi komputer, yang meliputi tiga macam sistem penyimpanan ingatan: memori sensori, memori kerja dan memori jangka panjang.

· Memori Sensori adalah sistem mengingat stimuli secara cepat sehingga analisis persepsi dapat terjadi.

· Memori Kerja atau memori jangka pendek, menyimpan lima sampai sembilan informasi pada satu waktu sampai sekitar 20 detik, yang cukup lama untuk pengolahan informasi terjadi. Informasi yang dikodekan (decode) serta persepsi tiap individu akan menentukan apa yang perlu disimpan di memori kerja ini.

· Memori Jangka Panjang menyimpan informasi yang sangat besar dalam waktu yang lama. Informasi di dalamnya disimpan dalam bentuk secara verbal dan visual.

Memori Sensori

Memori sensori adalah sistem yang bekerja seketika melalui alat indera dinama kita memberikan arti kepada stimuli yang datang dinamakan persepsi. Arti yang diberikan berasal dari realitas objektif serta dari pengetahuan kita sebelumnya. Contohnya, suatu symbol ‘l’ akan dipersepsi sebagai huruf alpabet tertentu kalau kita menggolongkannya dalam urutan j, k. l, m; namun dalam kesempatan berbeda seperti l, 2, 3, 4 maka symbol yang sama bermakna angka satu. Memori sensori akan menangkap stimuli dan mempersepsi, atau memberikan makna; dalam hal ‘l’ konteks dan pengetahuan kita akan menentukan makna yang akan diberikan, bagi seseorang yang tidak mempunyai pengetahuan tentang angka atau huruf, maka symbol itu kemungkinan tidak bermakna apapun. Misalnya teks yang Anda baca saat ini akan dipersepsi berbeda oleh orang lain yang tidak mengerti bahasa Indonesia ataupun yang buta huruf, walaupun matanya melihat deretan simbol yang sama seperti Anda; ataupun saat kita membaca huruf kanji dari koran berbahasa Jepang dimana kita tidak punya kemampuan untuk memahaminya. Memori sensori tidak hanya bekerja untuk simbol saja namun juga dalam hal warna, gerakan, suara, bau, suhu dan lainnya yang semuanya harus dipersepsi secara simultan. Namun karena keterbatasan kemampuan, kita hanya dapat memfokuskan pada beberapa stimuli saja dan mengingkari yang lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa perhatian sangatlah selektif; dengan kata lain saat perhatian penuh sangat diperlukan, biasanya stimuli lainnya akan ditolak.

Perhatian adalah tahap pertama dalam belajar. Siswa tidak dapat memahami apa yang mereka tidak kenali atau tidak dapat dipersepsi. Tentunya banyak faktor yang mempengaruhi perhatian siswa. Tampilan atau aksi yang dramatis dapat mencuri perhatian siswa pada awal pembelajaran. Cara lainnya adalah melalui perlakuan pada kata yang diucapkan atau ditulis oleh guru dengan warna yang kontras, digaris bawahi atau ditandai; memangil siswa secara acak, memberikan kejutan siswa, menanyakan hal yang menantang, memberikan masalah yang dilematis, mengubah metoda mengajar dan tugas, mengubah frekuensi suara dan jedanya akan dapat membantu menarik perhatian dari siswa. Namun menarik perhatian siswa adalah hal pertama, membuat mereka untuk tetap fokus pada pelajaran dan tugasnya juga hal yang kritis berikutnya harus dilakukan oleh guru.

Memori Kerja

Saat stimulus dipersepsi dan diubah menjadi suatu pola gambar atau suara, informasi yang didapat menjadi tersedia untuk proses selanjutnya. Memori kerja adalah tempat dimana informasi baru ini berada dan digabungkan dengan pengetahuan yang berasal dari memori jangka panjang. Kapasitas memori kerja ini sangat terbatas, dari berbagai eksperimen kapasitas yang dapat disimpan sekitar lima sampai sembilan hal baru dalam satu waktu. Satu nomor telepon sepanjang tujuh desimal dapat diingat oleh rata-rata manusia dewasa, namun hal yang berbeda bila disuruh untuk mengingat dua buah nomor telepon (14 desimal). Kita tidak dapat memanggil kedua nomor telepon tadi karena terbatasnya kapasitas memori kerja ini. Hal lainnya dari memori kerja ini adalah waktu yang digunakannya pun hanya sekitar 5 sampai 20 detik saja. Namun walaupun begitu waktu tersebut sangat cukup misalnya untuk mengingat dan memahami apa yang anda baca dalam bagian awal kalimat ini sebelum mencapai akhir kalimat. Tanpa adanya memori kerja, kita tidak bisa memahami susunan kata dalam satu kalimat dan gabungan antara kalimat yang berdekatan.

Karena sedikit dan sempitnya memori ini bekerja, maka jenis memori ini harus terus diaktifkan, kalau tidak maka informasi yang didapat menjadi hilang. Supaya apa yang diingat bisa lebih panjang dari 20 detik, kebanyakan orang memakai strategi tertentu untuk mengingatnya. Cara yang pertama adalah strategi latihan yang terbagi menjadi pengelolaan dan elaboratif. Latihan pengelolaan dilakukan dengan pengulangan informasi di pikiran anda. Sepanjang anda terus melakukan pengulangan informasi, hal itu akan berada di memori kerja. Cara ini dapat berguna untuk mengingat sesuatu, seperti nomor telepon, yang kemudian untuk dipergunakan dan setelah itu tidak perlu diingat lagi. Cara latihan elaboratif adalah dengan menghubungkan sesuatu yang baru dengan apa yang sudah diketahui, yaitu informasi yang sudah terdapat di memori jangka panjang. Latihan elaboratif ini tidak hanya meningkatkan memori kerja, tetapi membantu memindahkan informasi memori jangka pendek ke memori jangka panjang. Cara kedua adalah dengan pengelompokkan (chunking) yang dipergunakan untuk menanggulangi terbatasnya kapasitas memori kerja. Banyaknya bit informasi, bukannya ukuran setiap bit, adalah sisi keterbatasan memori kerja. Kita dapat mengingat informasi lebih banyak jika dapat mengelompokkan tiap-tiap bit menjadi unit yang berarti. Deretan enam angka seperti 1, 5, 1, 8, 2, dan 0 akan lebih mudah diingat dalam bentuk dua digit (15, 18 dan 20) atau tiga digit (151, 820). Jika dilakukan cara ini, maka kita cukup perlu mengingat dua atau tiga informasi saja dalam satu waktu dibanding enam buah.

3.14.2011

"Hacker" Taklukkan BlackBerry Torch dan iPhone 4


VANCOUVER, KOMPAS.com — Di tangan hacker, iPhone 4 buatan Apple dan BlackBerry Torch buatan Research In Motion (RIM) ternyata masih bisa dijebol sistem keamanannya. Para hacker yang berpartisipasi dalam kontes Pwn2Own di Vancouver, Kanada, 9-11 Maret 2011, itu berhasil menaklukkan dua smartphone tersebut.

Tiga peneliti dengan nama Team Anon sukses menembus sistem keamanan BlackBerry Torch lewat banyak kelemahan yang ditemukan di Webkit atau mesin rendering browser bawaannya. Mereka berhasil membuktikan dapat menyusupkan program ke perangkat tersebut dengan mengeksploitasi sejumlah kelemahan itu untuk mencuri daftar kontak dan database foto.

Meski banyak kelemahan, tidak mudah menembus BlackBerry. Hal ini karena tidak ada dokumentasi untuk publik mengenai sistem operasi tersebut. Karena itu, hacker harus melakukan teknik trial and error untuk mencoba menembus.

Webkit memang salah satu bagian yang menjadi potensi sasaran empuk. BlackBerry Torch merupakan perangkat BlackBerry pertama yang menggunakan Webkit di browser-nya. Namun, browser tersebut masih belum dilengkapi address space layout randomization (ASLR) dan data execution prevention (DEP). Menurut Iozzo, meski masih dibilang ketinggalan ketimbang iPhone dari sisi keamanan, ketertutupan BlackBerry jadi hambatan tersendiri.

"Akan sulit menyerang sistemnya jika Anda tidak punya dokumentasi dan informasi apa pun," kata Iozzo.

Sementara untuk menyerang iPhone 4, hacker juga memanfaatkan kelamahan pada browser Safari versi mobile. Charlie Miller, seorang peneliti keamanan dari Independent Security Evaluators dan koleganya Dion Blazakis, berhasil menyusupkan program untuk mencuri daftar nama kontak. Ia menggunakan teknik return oriented programming (ROP) dengan mem-bypass DEP.

Target yang diserang adalah iPhone 4 yang menggunakan sistem operasi iOS 4.2. Pada versi terbaru iOS 4.3, kelemahan tersebut belum juga diperbaiki. Namun, tambahan ASLR mungkin akan sanggup menahan teknik yang digunakan untuk menyerang.

"Meski demikian, hanya perlu sedikit modifikasi untuk menembus lapisan keamanan dan perangkat tersebut masih rentan dari serangan sampai MobileSafari ditambal," kata Miller.

Ketiga peneliti, yaitu Vincenzo Iozzo, Willem Pinckaers, dan Ralf Phillip Weinmann, berhak menggondol hadiah 15.000 dollar AS dan perangkat yang ditaklukkannya itu. Hal yang sama untuk tim yang dipimpin Miller.

Sampai kontes berakhir, dua sistem lainnya, Android 2.3 yang berjalan di Samsung Nexus S dan Windows Phone 7 pada Dell Venue Pro belum dapat ditembus. Namun, hal ini bukan karena tingkat keamanannya berhasil bertahan, tetapi karena tidak ada peserta yang menjajalnya.

Untuk kontes menjebol browser, hanya Chrome 9 dan Firefox 3.6 yang bertahan dari serangan. Safari dan Internet Explorer 8 berhasil ditaklukkan hacker sejak hari pertama.

3.07.2011

Perkembangan Literasi (reading-, mathematical-, scientific- literacy) pada PISA 2000-2003-2006

Pada tahun 2000, Indonesia ikut-serta dalam penelitian PISA (Programme for International Student Assessment), suatu studi internasional yang diikuti oleh 42 negara di bawah koordinasi Organization for Economic Cooperation and Development (OECD) yang diharapkan akan menjadi survey yang bersifat reguler dan berkesinambungan.

Hasil studi PISA berupa informasi tentang profil pengetahuan, keterampilan, dan kompetensi siswa di Indonesia di antara bangsa-bangsa di dunia dapat dimanfaatkan sebagai bandingan dalam perumusan kebijakan dalam peningkatan mutu pendidikan dasar kita, khususnya dalam menentukan ambang batas bawah (tresh-hold) dan batas ambang ideal (benchmark) kemampuan dasar membaca, matematika, dan sains di akhir usia wajib belajar. Selain itu, dari studi PISA ini dapat diperoleh sekumpulan indikator kontekstual tentang demografi siswa, sekolah, dan variabel lainnya yang mempengaruhi pengetahuan, keterampilan, dan kompetensi siswa.

PISA bertujuan meneliti secara berkala tentang kemampuan siswa usia 15 tahun dalam membaca (reading literacy), matematika (mathematics literacy), dan sains (scientific literacy). Penelitian yang dilakukan PISA meliputi tiga periode, yaitu tahun 2000, 2003, dan 2006. Pada tahun 2000 penelitian PISA difokuskan kepada kemampuan membaca, sementara dua aspek lainnya menjadi pendamping. Pada tahun 2003 aspek matematika akan menjadi fokus utama kemudian diteruskan aspek sains pada tahun 2006. Melalui program tiga tahunan ini diharapkan kita dapat memperoleh informasi berkesinambungan tentang prestasi belajar siswa sebagai upaya untuk mengetahui tingkat kualitas pendidikan dasar Indonesia di dalam lingkup internasional.

Data yang dikumpulkan dalam PISA terdiri atas tiga kelompok besar, yaitu kelompok pengetahuan, latar belakang siswa, dan latar belakang sekolah. Data yang diperoleh dari kelompok pengetahuan adalah data kemampuan aspek membaca, matematika, dan sains sebagaimana terdapat di dalam kurikulum sekolah (curriculum focused) serta bersifat lintas-kurikulum (cross-curricular elements).

Aspek membaca bertujuan untuk untuk mengetahui kemampuan siswa dalam memahami bacaan (understanding), menggunakan (using) dan mengidentifikasi (identifying) informasi yang ada di dalam bacaan, dan merefleksi serta mengevaluasi bacaan (reflecting on written text).

Aspek matematika bertujuan untuk mengetahui kemampuan siswa dalam mengidentifikasi, memahami, dan menggunakan dasar-dasar matematika yang diperlukan siswa dalam menghadapi kehidupan sehari-hari.

Aspek sains bertujuan untuk mengetahui kemampuan siswa dalam mengidentifikasi masalah dalam rangka memahami fakta-fakta alam dan lingkungan serta menggunakan pengetahuannya untuk memahami berbagai fenomena alam dan perubahan yang terjadi pada lingkungan kehidupan.

Sementara itu, untuk mendukung data dari ketiga aspek tersebut, PISA juga menggali informasi tentang latar belakang siswa, yaitu demografi siswa, latar belakang status sosial dan ekonomi, harapan dan keinginan siswa di masa yang akan datang, serta motivasi dan disiplin siswa. Data kemudian dilengkapi dengan latar belakang sekolah untuk menggali informasi tentang aspek demografi sekolah, organisasi sekolah, keadaan guru dan karyawannya (staffing patterns) serta prasarana pembelajaran (instructional practices) dan iklim pembelajaran.

Pelaksanaan studi PISA dilakukan oleh suatu konsorsium internasional yang diketuai oleh Australian Council for Educational Research (ACER) dan terdiri atas lembaga testing yang terkenal di dunia yaitu The Netherlands National Institute for Educational Measurement (CITO) Belanda, Educational Testing Service (ETS) Amerika Serikat, Westat Amerika Serikat, dan National Institute for Educational Research (NIER) Jepang. PISA diikuti oleh 42 negara, mulai dari negara maju seperti Amerika Serikat, Australia, Kanada, Inggris, Jerman, Perancis, Spanyol, Swedia, dan Swiss, sampai pada negara berkembang seperti Brasil, China, Cile, Meksiko, dan Indonesia.