Subscribe For Free Updates!

We'll not spam mate! We promise.

9.11.2009

Skripsi Koe FISIKA poenya_ Power of Two

A. Latar Belakang
Upaya strategis manusia dalam mengaktualisasikan diri sekaligus membangun peradaban secara formal di lingkungan kehidupannya sangatlah tergantung kepada sistem pendidikan yang diterapkan. Oleh karena itu perubahan atau perkembangan pendidikan harus sesuai dengan kemajuan budaya kehidupan masyarakat itu sendiri. Purwanto (2007:35) menjabarkan bahwa :
Sebagaimana pendidikan umumnya, kita mengetahui bahwa pendidikan merupakan suatu kegiatan yang universal dalam kehidupan manusia. Di mana pun di dunia ini terdapat masyarakat, dan disana pula terdapat pendidikan. Meskipun pendidikan merupakan suatu gejala yang umum dalam kehidupan masyarakat, namun perbedaan filsafat dan pandangan hidup yang dianut oleh masing-masing bangsa atau masyarakat menyebabkan adanya perbedaan penyelenggaraan termasuk perbedaan sistem pendidikan tersebut.

Pendidikan merupakan salah satu sektor penting penentu keberhasilan pembangunan nasional, baik dalam upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia, ilmu pengetahuan dan teknologi yang dilakukan dalam mewujudkan cita-cita pembangunan nasional. Sebagaimana yang tercantum dalam UU Sisdiknas Bab II pasal 3 (2004:5) yang berbunyi:
Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Tujuan sistem pendidikan nasional juga berfungsi memberikan arah pada semua kegiatan pendidikan dalam satu-satuan pendidikan yang ada. Tujuan pendidikan nasional tersebut, merupakan tujuan umum yang hendak dicapai oleh semua satuan pendidikan nasional, merupakan tujuan umum yang hendak dicapai oleh semua satuan pendidikannya, meskipun setiap satuan pendidikan tersebut mempunyai tujuan sendiri-sendiri, namun semua itu tidak terlepas dari tujuan pendidikan nasional yang ada. Tujuan pendidikan Nasional ini akan tercapai apabila semua pihak ikut serta mendukung kemajuan pendidikan itu sendiri, baik oleh lembaga pemerintahan, guru selaku pendidik maupun masyarakat sebagai lingkungan sosial tempat berkem-bangnya dunia pendidikan.
Pendidikan merupakan modal awal pembangunan. Pelayanannya dilakasanakan pada lembaga pendidikan, salah satu lembaga pendidikan yang berperan adalah sekolah. Melalui sekolah diharapkan dapat menghasilkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas, sesuai dengan tuntunan era globalisasi, informasi, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) yang semakin meningkat, menuntut adanya tenaga-tenaga ahli yang lebih berkualitas. Sebelum menjadi seorang yang ahli dalam suatu bidang ilmu maka harus melalui proses belajar, karena melalui tahap belajar tersebutlah ilmu pengetahuan itu dapat diperoleh dan dikembangkan dalam dinamika kehidupan. Sebagaimana firman Allah dalam Q.S al Mujaadilah ayat 11 :
"Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majlis", Maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", Maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan".

Berdasarkan ayat tersebut jelas betapa pentingnya kedudukan ilmu pengetahuan disamping beriman kepada-Nya. Untuk mendapatkan ilmu pengetahuan tersebut salah satunya kita harus berlapang-lapang dalam majelis, ini identik dengan proses kegiatan belajar mengajar yang saling bersinergi antara guru dengan siswa agar tercipta suasana belajar yang kondusif, sehingga menghasilkan peserta didik dapat berkompetensi di bidangnya baik secara kognitif, afektif, dan psikomotor. Secara tidak langsung mutu pendidikan pun harus ditingkatkan, karena itu berhubungan langsung dengan hasil belajar. Hasil belajar yang baik menunjukkan mutu pendidikan yang baik.
Telah banyak usaha yang dilakukan pemerintah untuk meningkatkan mutu pendidikan saat ini diantaranya: perubahan kurikulum, melengkapi sarana dan prasarana pendidikan serta peningkatan kualitas guru melalui sertifikasi. Guru dan kurikulum adalah komponen penting dalam sebuah sistem pendidikan. Keberhasilan atau kegagalan dari suatu sistem pendidikan sangat dipengaruhi oleh dua faktor tersebut. Sertifikasi tenaga pendidikan dan pengembangan kurikulum yang belakangan ini tengah dilakukan adalah upaya untuk memperbaiki sistem pendidikan melalui dua aspek di atas.
Inovasi dibidang pendidikan terus dilakukan untuk meningkatkan kualitas pendidikan. Usaha yang dilakukan dalam perbaikan kurikulum adalah dengan menerapkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), yang telah dimulai sejak tahun 2006. KTSP merupakan kurikulum operasional yang disusun oleh dan dilaksanakan di masing-masing satuan pendidikan. KTSP ini lebih menuntut peran aktif guru untuk mempersiapkan pembelajaran karena kurikulum ini dikembangkan berdasarkan prinsip bahwa peserta didik memiliki posisi sentral untuk mengembangkan potensinya agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu. Cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab seperti yang diungkapkan dalam BSNP (2006:5).
Pendidikan fisika merupakan bagian dari pendidikan sains dan sebagai salah satu mata pelajaran di sekolah yang diharapkan dapat mencapai tujuan pendidikan nasional yang ada. Fisika merupakan wahana untuk meningkatkan ilmu pengetahuan, keterampilan, sikap serta bertanggung jawab kepada perkembangan teknologi. Fisika berkaitan dengan cara mencari tahu dan memahami alam serta gejalanya secara sistematis sehingga pembelajaran fisika bukan hanya penguasaan kumpulan-kumpulan fakta dan teori tetapi juga proses penemuan, selain itu fisika merupakan salah satu pendidikan dan langkah awal bagi seorang anak mengenal dan memahami konsep-konsep tentang alam untuk membangun keahlian dan kemampuan berpikirnya agar dapat berperan aktif menerapkan ilmunya dalam dunia teknologi. Di samping itu fisika dapat membuktikan kebenaran ayat-ayat suci al-Qur’an sebagaimana tertuang dalam surat Fushshilat ayat 12 , Allah SWT berfirman:

Artinya : Maka Dia menjadikannya tujuh langit dalam dua masa. Dia mewahyukan pada tiap-tiap langit urusannya. dan Kami hiasi langit yang dekat dengan bintang-bintang yang cemerlang dan Kami memeliharanya dengan sebaik-baiknya. Demikianlah ketentuan yang Maha Perkasa lagi Maha mengetahui.

Berdasarkan ayat di atas, salah satu yang dapat dibuktikan dengan ilmu fisika, bahwa Di alam semesta ini terdapat miliaran bintang dan galaksi yang tak terhitung jumlahnya bergerak dalam orbit yang terpisah. Meskipun demikian, semuanya berada dalam keserasian. Bintang, planet, dan bulan beredar pada sumbunya masing-masing dan dalam sistem yang ditempatinya masing-masing. Galaksi yang terdiri atas 200-300 miliar bintang bergerak melalui satu sama lain. Selama masa peralihan dalam beberapa contoh yang sangat terkenal yang diamati oleh para astronom, tidak terjadi tabrakan yang menyebabkan kekacauan pada keteraturan alam semesta.
Untuk mengamati bintang yang ada di galaksi jagad raya ini berabad-abad manusia telah melakukan inovasi dalam hal mengamati bintang mulai dari menggunakan mata telanjang sebagai alat optik alamiah manusia dalam hal ilmu perbintangan sampai akhirnya manusia menemukan alat yang dapat melihat benda-benda yang ada langit secara lebih dekat dengan menggunakan teleskop atau teropong bintang yang mana hasil citraan analisa gambarnya nanti lebih akurat dan lebih tepat. Peranan ilmu fisika disini adalah memperjelas bagaimana cara kerja teleskop secara teori, aplikasinya dalam penggunaan alat dan penelitian lebih lanjut untuk mengembangkan kemampuan alat tersebut kearah yang lebih baik. Ayat di atas, selain menjelaskan keberadaan alam semesta kepada kita juga menjelaskan betapa besarnya kekuasaan Allah SWT terhadap semua ciptaan-Nya. Sehingga dapat mengarahkan kita untuk mensyukuri nikmat dan meningkatkan keimanan kita kepada-Nya serta selalu mengejar ilmu pengetahuan untuk mencari dan mem-pelajari rahasia alam semesta menurut garis cabang ilmu pengetahuan dewasa ini yang sangat berkembang pesat, salah satunya adalah ilmu fisika yang selalu berkembang seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Pengamatan peneliti sendiri selama melakukan praktek lapangan (PL) di SMA Negeri 6 Padang. Peneliti menemukan gejala bahwa minat siswa terhadap pelajaran fisika masih kurang karena mereka mengatakan bahwa pelajaran fisika itu sulit. Hal ini terbukti dengan masih rendahnya hasil belajar fisika yang terlihat dari nilai rata-rata semester satu yang diperoleh siswa kelas X SMA Negeri 6 Padang seperti terlihat pada Tabel 1.1 berikut:
Tabel 1.1 Nilai Rata-Rata Ujian Semester I Mata Pelajaran Fisika Siswa Kelas X SMA Negeri 6 Padang 2009/2010

No Kelas Rata-rata
1
2
3
4
5
6
7
8 X1
X2
X3
X4
X5
X6
X7
X8 50,78
49,38
49,87
54,74
44,62
50,75
55,25
34,63

(Sumber: Guru Fisika Kelas X SMA Negeri 6 Padang)
Dari Tabel 1.1 terlihat bahwa rata-rata nilai siswa pada mata pelajaran fisika tergolong rendah berdasarkan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan di SMA Negeri 6 Padang untuk mata pelajaran fisika yaitu 60. Rendahnya hasil belajar pada Tabel 1.1 menunjukkan belum tercapainya tujuan pembelajaran sehingga hasil yang dicapai tidak maksimal.
Fisika pada dasarnya merupakan ilmu yang berkembang dengan pengamatan yang dilakukan terhadap gejala-gejala alam. Telah banyak usaha dilakukan untuk meningkatkan minat dan keaktifan siswa dalam pembelajaran fisika. Namun kenyataannya pelajaran fisika masih kurang disukai dan diminati siswa seperti realita yang peneliti temui ketika melakukan praktek lapangan (PL). Hal ini mungkin saja terjadi karena metode dan strategi belajar yang belum sesuai dengan keadaan minat belajar siswa.
Ilmu Pengetahuan Alam khususnya fisika, belajar seharusnya lebih dari sekedar menerima informasi, mengingat dan menghafal rumus-rumus. Bagi siswa untuk mengerti dan dapat menerapkan ilmu pengetahuan, mereka harus bekerja untuk memecahkan masalah dan menemukan ide-ide baru. Tugas guru tidak hanya menuangkan sejumlah informasi pada siswa, tetapi mengusahakan bagaimana konsep-konsep penting dan sangat berguna tertanam kuat dalam pikiran siswa. Berdasarkan pengamatan penulis selama melakukan PPL kebanyakan siswa cendrung untuk menghafal rumus-rumus atau masih kurangnya pemahaman konsep siswa terhadap pelajaran, sehingga siswa tidak tahu bagaimana memecahkan masalah yang ditemukan dalam peajaran fisika yang membuat siswa kurang berminat dalam pembelajaran fisika. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Yohanes Surya (2008): “Jika diharuskan menghapal rumus untuk belajar fisika justru membuat siswa makin membenci pelajaran tersebut. Oleh karena itu, pengajaran idealnya harus dimulai dari mengerti konsep, membangun logika, setelah itu menuangkannya dalam bentuk rumus”.
Prinsip psikologi belajar manyatakan bahwa makin besar keterlibatan siswa siswa dalam kegiatan, maka makin besar baginya untuk mengalami proses belajar. Siswa akan mudah memahami konsep yang rumit dan abstrak jika disertai contoh-contoh yang konkrit dan sesuai dengan kondisi sehari-hari serta mempraktekkannya sendiri. Hal ini berarti pembelajaran yang baik harus sesuai dengan indikator KTSP yaitu meliputi aspek kognitif, aspek afektif dan aspek psikomotorik. Oleh karena itu, proses pembelajaran harus diformulasikan dan diarahkan untuk membantu peserta didik agar mampu berinteraksi secara sosial dan memanfaatkan alam bagi kehidupannya di masa mendatang. Untuk meningkatkan hasil belajar fisika siswa, maka seorang guru harus dapat memilih model pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan kemampuan siswa. Pemberian model pembelajaran yang tepat tentunya diharapkan siswa dapat belajar aktif tidak dalam bentuk pasif yang hanya menerima materi dari guru tanpa tanggapan apapun. Maka salah satu faktor pendukung dalam pendidikan yaitu dengan meningkatkan aktifitas dan kreativitas siswa. Menurut Slameto (2003:138) :
Kreativitas adalah hasil belajar dalam kecakapan kognitif, sehingga untuk menjadi kreatif dapat dipelajari melalui proses belajar mengajar. Hasil belajar mengajar dalam kecakapan kognitif itu mempunyai hierarki/bertingkat-tingkat. Adapun tingkat-tingkat yang dimaksud adalah : (a). Informasi non verbal; (b). Informasi fakta dan pengetahuan verbal; (c). Konsep dan prinsip; (d). Pemecahan masalah dan kreativitas. Informasi non verbal dikenal/dipelajari dengan cara penginderaan terhadap objek-objek dan peristiwa-peristiwa secara langsung. Informasi fakta dan pengetahuan verbal dikenal/dipelajari dengan cara mendengarkan orang lain dan dengan jalan/cara membaca. Semuanya itu penting untuk memperoleh konsep-konsep. Selanjutnya, konsep-konsep itu-itu penting untuk membentuk prinsip-prinsip. Kemudian prinsip-prinsip itu penting di dalam pemecahan masalah dan di dalam kreativitas.

Untuk mengatasi permasalahan ini dituntut kreativitas guru menggunakan model pembelajaran yang tepat sehingga dalam pembelajaran dapat meningkatkan motivasi, minat dan aktivitas siswa dalam belajar. Djamarah (2006:38) menyatakan:
Dalam kegiatan belajar mengajar, anak adalah subjek dan sebagai objek dari kegiatan pengajaran. Karena itu, inti proses pengajaran tidak lain adalah kegiatan belajar anak didik dalam mencapai suatu tujuan pengajaran. Tujuan pengajaran tentu saja akan dapat tercapai jika anak didik berusaha secara aktif untuk mencapainya. Keaktifan anak didik di sini tidak hanya dituntut dari segi fisik, tetapi juga dari segi kejiwaan. Bila hanya fisik anak yang aktif , tetapi pikiran dan mentalnya kurang aktif, maka kemungkinan besar tujuan pembelajaran tidak tercapai. Ini sama halnya anak didik tidak belajar, karena anak didik tidak merasakan perubahan di dalam dirinya.

Salah satu model yang menuntut keaktifan siswa adalah menerapkan model pembelajaran Power of Two. Pembelajaran aktif adalah suatu pembelajaran yang mengajak siswa untuk belajar serta berpartisipasi secara aktif. Model pembelajaran Power of Two pada pembelajaran aktif diperkirakan dapat mengembangkan keterampilan, kreativitas serta keaktifan siswa dalam proses pembelajaran. Penerapan model pembelajaran Power of Two pada pembelajaran aktif ini siswa diberikan beberapa pertanyaan yang dalam menjawabnya memerlukan perenungan dan setelah siswa menemukan jawaban, maka mereka dibentuk secara berpasangan untuk mendiskusikan jawaban mereka masing-masing sehingga dapat memantapkan konsep. Dalam model pembelajaran Power of Two, masalah didesain oleh guru sesuai dengan topik yang dibahas pada pertemuan jam pelajaran.
Kegiatan belajar yang melibatkan siswa secara langsung dalam pembelajaran akan meningkatkan motivasi dan keaktifan siswa dalam belajar. Selain itu siswa juga di biasakan dalam berinteraksi dengan teman diskusinya, dimana siswa dapat menanyakan materi yang belum dimengerti kepada temannya tersebut, karena kelompok merupakan suatu kesatuan yang utuh, dimana siswa benar-benar bekerja sama untuk menjadi kelompok yang terbaik.
Jadi dengan menerapkan model pembelajaran Power of Two siswa nantinya dapat saling membantu, kemudian kesimpulan-kesimpulan yang didapat dari kegiatan belajar ini akan bertahan lama dalam ingatan siswa. Sehingga model pembelajaran ini bisa membantu siswa dalam memahami konsep-konsep fisika yang ditandai dengan peningkatan hasil belajar pada aspek kognitif.
Berdasarkan uraian di atas penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul : “Perbedaan Hasil Belajar Fisika Antara Model Pembelajaran Power of Two Dengan Pembelajaran Diskusi Kelas Biasa Pada Siswa Kelas X SMA Negeri 6 Padang”.



B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah dapat diidentifikasikan masalah yang ditemukan di SMA Negeri 6 Padang sebagai berikut:
1. Dalam kegiatan pembelajaran melibatkan semua komponen pengajaran, menentukan sejauh mana tujuan yang telah ditetapkan untuk dicapai. Untuk mencapai tujuan tersebut pembelajaran di kelas dapat dikembangkan melalui berbagai model seperti model ceramah, diskusi kelompok, demonstrasi, eksperimen, belajar aktif dan pembelajaran langsung lainnya.
2. Pembelajaran yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu menerapkan model pembelajaran Power of Two yang bertujuan untuk meningkatkan minat dan motivasi siswa melalui tahap pemecahan masalah secara individu, kemudian diskusi belajar antara dua orang siswa, dan penyamaan konsep yang dibimbing oleh guru. Sedangkan pembelajaran lain yang digunakan yaitu diskusi kelas antara guru dengan siswa dengan proses tanya jawab selama pembelajaran.
3. Hasil belajar fisika siswa yang dinilai disini meliputi ranah kognitif, afektif dan psikomotor.

C. Batasan Masalah
Agar lebih terpusat dan terarahnya penelitian ini maka dilakukan pembatasan masalah meliputi :
1. Pembelajaran yang digunakan pada kelas eksperimen adalah model pembelajaran Power of Two, sedangkan pada kelas kontrol menggunakan model diskusi kelas biasa.
2. Materi pelajaran yang disampaikan sesuai dengan mata pelajaran fisika pada kelas X semester II tentang alat-alat optik.
3. Hasil belajar yang diteliti pada penelitian ini adalah pada ranah kognitif.

D. Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas yang menjadi rumusan masalahnya adalah ;
Apakah terdapat perbedaan hasil belajar fisika antara model pembelajaran Power of Two dengan pembelajaran diskusi kelas biasa pada siswa Kelas X SMA Negeri 6 Padang?

E. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk melihat perbedaan antara model pembelajaran Power of Two dengan pembelajaran disikusi kelas biasa terhadap hasil belajar fisika siswa kelas X SMA Negeri 6 Padang.

F. Manfaat Penelitian
1. Pengalaman dan bekal awal bagi peneliti sendiri dalam rangka mengajarkan materi fisika di masa yang akan datang.
2. Bahan informasi bagi calon guru dan mahasiswa untuk melakukan penelitian lebih lanjut.
3. Sebagai masukan bagi guru-guru dalam merencanakan dan mengembangkan model pembelajaran terutama melalui penerapan model pembelajaran Power of Two di sekolah.
4. Sumbangan pemikiran bagi dunia pendidikan dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan.