Subscribe For Free Updates!

We'll not spam mate! We promise.

11.25.2009

SOAL-SOAL TENTANG: ALAT-ALAT OPTIK

LATIHAN SOAL
ALAT OPTIK
1. Bagian dari mata yang berfungsi untuk
mengatur intensitas cahaya yang
mengenai mata disebut
a. Iris
b. kornea
c. aqueous humor
d. retina
e. otot siliar
2. Sebuah Lensa konvergen +5 dioptri
digunakan untuk melihat tulisan
berukuran 0,2 mm, jika pengamatan
dilakukan dengan akomodasi maksimum
maka ukuran tulisan yang terlihat adalah
a. 0,125 mm d. 0,45 mm
b. 0,225 mm e. 1,0 mm
c. 0,25 mm
3. Sifat bayangan yang dibentuk oleh
pengamatan dengan lup adalah
a. maya, tegak, diperbesar
b. maya, terbalik, diperbesar
c. nyata, tegak, diperbesar
d. nyata, terbalik, diperbesar
e. maya, tegak, sama besar
4. Deni berpose 4 m didepan kamera dengan
fokus 40 mm, maka pada film ukuran
deni diperkecil …..kali
a. 1/99 d. 1/200
b.1/100 e. 1/400
c.1/101
5. Slide berukuran 10 cm x 20 cm
diletakkan pada OHP dengan jarak fokus
lensa proyeksi 30 cm, jika jarak layar ke
lensa proyeksi 1,8 meter. Ukuran
bayangan di layar yang diperoleh adalah
a. 190 cm x 380 cm
b. 360 x 720 cm
c. 100 cm x 200 cm
c. 50 cm x 100 cm
d. 40 cm x 80 cm
6. Teropong bintang memiliki fob= 30 cm
dan fok = 2,5 cm. Perbesaran anguler dan
panjang teropong untuk pengamatan mata
tak berakomodasi adalah
a. 6 kali, 32,5 cm
b. 6 kali, 35 cm
c. 12 kali, 32,5 cm
d. 13 kali 32,5 cm
e. 13 kali, 35 cm
7. Teropong bintang dengan kuat lensa
obyektif +2/3 dioptri dan kuat lensa
okuler +20 dioptri. Maka perbandingan
perbesaran sudut teropong untuk
pengametan tanpa akomodasi dengan
pengamatan dengan akomodasi
maksimum adalah
a. 6 : 5 d. 4 : 5
b. 5 : 6 e. 1 : 4
c. 5 : 4
8. Panjang suatu teropong bintang pada
pengamatan normal adalah 110 cm.
Apabila perbesaran sudut teropong
adalah 21 kali, maka jarak fokus lensa
obyektif adalah
a. 115 cm d. 10 cm
b. 105 cm e. 5 cm
c. 95 cm
9. Bayangan yang dibentuk di retina
bersifat
a. nyata, terbalik, sama besar
b. nyata, terbalik, diperkecil
c. nyata, terbalik, diperbesar
d. maya, tegak, diperkecil
e. maya, tegak, diperbesar
10. Cacat mata karena kornea mata tidak
berbentuk sferik melainkan lebih
melengkung pada satu bidang daripada
bidang lainnya disebut
a. glaucoma
b. katarak
c. astigmatisma
d. presbiopi
e. hipermetropi
11. Obyektif dan okuler cermin pantul
masing-masing menggunakan
a. cermin cekung dan lensa cembung
b. lensa cembung dan cermin cekung
c. cermin cekung dan cermin cembung
d. cermin cembung dan lensa cembung
e. lensa cembung dan cermin cembung
12. Panjang suatu teropong bumi adalah 184
cm untuk mengamati benda yang sangat
jauh. Perbandingan kuat lensa obyektif,
pembalik dan okuler berturut-turut 1: 40
: 20. Maka untuk mengamati benda yang
jauhnya 8 meter dilakukan dengan
menggeser
a. lensa okuler 10 cm menjauhi
obyektif
b. lensa pembalik 5 cm menjauhi
obyektif
c. lensa obyektif 40 cm menjauhi
okuler
d. lensa okuler 50 cm menjauhi
obyektif
e. lensa obyektif 5 cm mendekati
okuler
13. Teropong panggung memilki lensa
obyektif dengan jarak fokus 200 cm, jika
perbesaran teropong 40 kali untuk mata
tidak berakomodasi, maka panjang
teropong tersebut adalah
a. 210 cm d. 190 cm
b. 205 cm e. 150 cm
c. 195 cm
14. Sifat bayangan yang dibentuk oleh
kamera adalah
a. nyata, terbalik, sama besar
b. nyata, terbalik, diperkecil
c. nyata, terbalik, diperbesard. maya, tegak, diperkecil
e. maya, tegak, diperbesar
15. Lensa konvergen +20 dioptri digunakan
untuk memperbesar benda berukuran 2
mm sehingga bayangannya berukuran 10
mm, untuk itu benda harus ditempatkan
….. di depan lensa
a. 2 cm d. 5cm
b. 2,5 cm e. 10 cm
c. 4 cm
16. Apabila benda diletakkan 6 cm di depan
lensa positif dengan fokus 12 cm.
Perbesaran anguler bagi pengamat yang
memiliki titik dekat 30 cm adalah
a. 2 kali d. 5 kali
b. 2,5 kali e. 6 kali
c. 4 kali
17. Perbandingan perbesaran mak-simum dan
minimum sebuah lup adalah 6/5. Kuat
lensa konvergen yang digunakan adalah
a. 4 dioptri d. 50/3 dioptri
b. 5 dioptri e. 20 dioptri
c 10 dioptri
18. Pernyataan berikut tentang mikroskop
1. fob > fok
2. lensa okuler berfungsi seperti lup
3.benda diletakkan pada jarak 2 kali fob
dari lensa obyektif
4.Sifat bayangan akhir relatif terhadap
bendanya maya, terbalik, diperbesar
Pernyataan yang benar adalah
a. (1), (2), (3)
b. (1) dan (3)
c. (2) dan (4)
d. (4)
e. (1), (2), (3), (4)
19. Mikroskop Menggunakan dua buah lensa
konvergen +40 dioptri dan +10 dioptri.
Untuk Pengamatan tanpa akomodasi
panjang mikroskopnya adalah
a. 50 cm d. 10 cm
b. 30 cm e. 7,5 cm
c. 12,5 cm
20. Seorang menderita terang dekat dan
masih dapat melihat dengan jelas pada
jarak 4 meter. Agar dapat melihat benda-
benda yang jauh maka ia memerlukan
lensa dengan kuat lensa
a. ¼ dioptri
b. ½ dioptri
c. - ¼ dioptri
d. –1/2 dioptri
e. –1/4 dioptri
21. Pak Mamat membaca dengan baik pada
jarak 60 cm tanpa kacamata, agar ia dapat
membaca dengan baik pada jarak 30 cm,
maka ia memerlukan kacamata dengan
kuat lensa …….dioptri
a. + 2 d. – 2/3
b. +5/3 e. – 3/5
c. + 3/2
22. Kang Usep memakai kacamata +3
dioptri agar dapat membaca pada jarak
baca 25 cm, maka kang Usep memiliki
titik dekat
a. 150 cm d. 75 cm
b. 125 cm e. 50 cm
c. 100 cm
23. Seorang penderita presbiopi dapat
dikoreksi dengan menggunakan lensa
a. Bifocal d. positif
b. Silinder e. konvergen
c. negatif
24. Sebuah preparat diletakkan 18 cm di
depan lensa obyektif +25/3 dioptri. Jika
pengamatan dilakukan dengan
akomodasi pada jarak 36 cm, maka
panjang mikroskopnya adalah
a. 48 cm d. 32 cm
b. 40 cm e. 28 cm
c. 36 cm
25. Berikut adalah pernyataan tentang
teropong bintang
1. tersusun atas dua lensa konvergen
2. perbesaran untuk peng-amatan
tanpa akomodasi fob/fok
3. sifat bayangan akhir relatif terhadap
benda yang diamati maya, terbalik,
diperbesar
4. tersusun atas satu lensa konvergen
dan satu lensa divergen
Pernyataan yang benar adalah
a. (1), (2), (3)
b. (1), (3)
c. (2), (4)
d. (4) saja
e. (1), (2), (3), (4)
SELAMAT BEKERJA

Proposal

BAB I
PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Upaya strategis manusia dalam mengaktualisasikan diri sekaligus membangun peradaban secara formal di lingkungan kehidupannya sangatlah tergantung kepada sistem pendidikan yang diterapkan. Oleh karena itu perubahan atau perkembangan pendidikan harus sesuai dengan kemajuan budaya kehidupan masyarakat itu sendiri. Ngalim Purwanto (2007:35) menjabarkan bahwa :
Sebagaimana pendidikan umumnya, kita mengetahui bahwa pendidikan merupakan suatu kegiatan yang universal dalam kehidupan manusia. Di mana pun di dunia ini terdapat masyarakat, dan disana pula terdapat pendidikan. Meskipun pendidikan merupakan suatu gejala yang umum dalam kehidupan masyarakat, namun perbedaan filsafat dan pandangan hidup yang dianut oleh masing-masing bangsa atau masyarakat menyebabkan adanya perbedaan penyelenggaraan termasuk perbedaan sistem pendidikan tersebut.

Pendidikan merupakan salah satu sektor penting penentu keberhasilan pembangunan nasional, baik dalam upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia, ilmu pengetahuan dan teknologi yang dilakukan dalam mewujudkan cita-cita pembangunan nasional. Sebagaimana yang tercantum dalam UU Sisdiknas Bab II pasal 3 (2004:7) yang berbunyi:
Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Tujuan sistem pendidikan nasional juga berfungsi memberikan arah pada semua kegiatan pendidikan dalam satu-satuan pendidikan yang ada. Tujuan pendidikan nasional tersebut, merupakan tujuan umum yang hendak dicapai oleh semua satuan pendidikan nasional, merupakan tujuan umum yang hendak dicapai oleh semua satuan pendidikannya, meskipun setiap satuan pendidikan tersebut mempunyai tujuan sendiri-sendiri, namun semua itu tidak terlepas dari tujuan pendidikan nasional yang ada. Tujuan pendidikan Nasional ini akan tercapai apabila semua pihak ikut serta mendukung kemajuan pendidikan itu sendiri, baik oleh lembaga pemerintahan, guru selaku pendidik maupun masyarakat sebagai lingkungan sosial tempat berkem-bangnya dunia pendidikan.
Pendidikan merupakan modal awal pembangunan. Pelayanannya dilakasanakan pada lembaga pendidikan, salah satu lembaga pendidikan yang berperan adalah sekolah. Melalui sekolah diharapkan dapat menghasilkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas, sesuai dengan tuntunan era globalisasi, informasi, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) yang semakin meningkat, menuntut adanya tenaga-tenaga ahli yang lebih berkualitas. Sebelum menjadi seorang yang ahli dalam suatu bidang ilmu maka harus melalui proses belajar, karena melalui tahap belajar tersebutlah ilmu pengetahuan itu dapat diperoleh dan dikembangkan dalam dinamika kehidupan. Sebagaimana firman Allah dalam Q.S al Mujaadilah ayat 11 :
                                
Artinya: Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majlis", Maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", Maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.

Berdasarkan ayat tersebut jelas betapa pentingnya kedudukan ilmu pengetahuan disamping beriman kepada-Nya. Untuk mendapatkan ilmu pengetahuan tersebut salah satunya kita harus berlapang-lapang dalam majelis, ini identik dengan proses kegiatan belajar mengajar yang saling bersinergi antara guru dengan siswa agar tercipta suasana belajar yang kondusif, sehingga menghasilkan peserta didik dapat berkompetensi di bidangnya baik secara kognitif, afektif, dan psikomotor. Secara tidak langsung mutu pendidikan pun harus ditingkatkan pula, karena itu berhubungan langsung dengan hasil belajar. Hasil belajar yang baik menunjukkan mutu pendidikan yang baik pula.
Telah banyak usaha yang dilakukan pemerintah untuk meningkatkan mutu pendidikan saat ini diantaranya: perubahan kurikulum, melengkapi sarana dan prasarana pendidikan serta peningkatan kualitas guru melalui sertifikasi. Guru dan kurikulum adalah komponen penting dalam sebuah sistem pendidikan. Keberhasilan atau kegagalan dari suatu sistem pendidikan sangat dipengaruhi oleh dua faktor tersebut. Sertifikasi tenaga pendidikan dan pengembangan kurikulum yang belakangan ini tengah dilakukan adalah upaya untuk memperbaiki sistem pendidikan melalui dua aspek di atas.
Inovasi dibidang pendidikan terus dilakukan untuk meningkatkan kualitas pendidikan. Usaha yang dilakukan dalam perbaikan kurikulum adalah dengan menerapkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), yang telah dimulai sejak tahun 2006. KTSP merupakan kurikulum operasional yang disusun oleh dan dilaksanakan di masing-masing satuan pendidikan. KTSP ini lebih menuntut peran aktif guru untuk mempersiapkan pembelajaran karena kurikulum ini dikembangkan berdasarkan prinsip bahwa peserta didik memiliki posisi sentral untuk mengembangkan potensinya agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu. Cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab seperti yang diungkapkan dalam BSNP (2006:5).
Pendidikan fisika merupakan bagian dari pendidikan sains dan sebagai salah satu mata pelajaran di sekolah yang diharapkan dapat mencapai tujuan pendidikan nasional yang ada. Fisika merupakan wahana untuk meningkatkan ilmu pengetahuan, keterampilan, sikap serta bertanggung jawab kepada perkembangan teknologi. Fisika berkaitan dengan cara mencari tahu dan memahami alam serta gejalanya secara sistematis sehingga pembelajaran fisika bukan hanya penguasaan kumpulan-kumpulan fakta dan teori tetapi juga proses penemuan, selain itu fisika merupakan salah satu pendidikan dan langkah awal bagi seorang anak mengenal dan memahami konsep-konsep tentang alam untuk membangun keahlian dan kemampuan berpikirnya agar dapat berperan aktif menerapkan ilmunya dalam dunia teknologi. Untuk merealisasikan hal tersebut maka harus terjadi peningkatan mutu pendidikan dalam pembelajaran fisika dan sains.
Pengamatan peneliti sendiri selama melakukan praktek lapangan (PL) di SMA Negeri 6 Padang, peneliti menemukan gejala bahwa minat siswa terhadap pelajaran fisika masih kurang karena mereka mengatakan bahwa pelajaran fisika itu sulit. Hal ini terbukti dengan masih rendahnya hasil belajar fisika yang terlihat dari nilai rata-rata semester satu yang diperoleh siswa kelas X SMA Negeri 6 Padang seperti terlihat pada tabel 1 berikut:
Tabel 1. Nilai Rata-Rata Semester I Mata Pelajaran Fisika Siswa Kelas X SMA Negeri 6 Padang 2008/2009
No Kelas Rata-rata
1
2
3
4
5
6
7
8 X. 1
X. 2
X. 3
X. 4
X. 5
X 6
X 7
X 8 64,37
65,86
65,16
62,60
63,18
60,48
60,71
65,79
(Sumber: Guru Fisika Kelas X SMA Negeri 6 Padang)
Dari Nilai Rata-rata Kelas X Semester 1 Siswa SMA N 6 Padang terlihat bahwa rata-rata nilai siswa pada mata pelajaran fisika siswa tergolong rendah. Rendahnya hasil belajar yang ditunjukkan pada tabel di atas menunjukkan tidak tercapainya tujuan pembelajaran sehingga hasil yang dicapai tidak maksimal.
Fisika pada dasarnya merupakan ilmu yang berkembang dengan pengamatan yang dilakukan terhadap gejala-gejala alam. Telah banyak usaha dilakukan untuk meningkatkan minat dan keaktifan siswa dalam pembelajaran fisika. Namun kenyataannya pelajaran fisika masih kurang disukai dan diminati siswa seperti realita yang peneliti temui ketika melakukan praktek lapangan (PL). Hal ini mungkin saja terjadi karena metoda dan strategi belajar yang belum sesuai dengan keadaan minat belajar siswa.
Pembelajaran fisika selama ini pada umumnya didominasi oleh guru, guru yang aktif sedangkan siswanya pasif. Orientasi guru terfokus pada materi yaitu menyelesaikan target materi yang telah diprogramkan dan terpaku pada rumus tanpa mempedulikan apakah siswa sudah memahami konsepnya atau belum. Sebenarnya problema fisika bisa dikerjakan tanpa rumus, cukup menggunakan logika seperti yang diungkapkan oleh Yohanes Surya (2006):
Rumus pada dasarnya merupakan salah satu cara untuk memecahkan problema fisika. Sayang, banyak sekali pendidik fisika yang terlalu terpaku dengan rumus dan tidak berhasil mengembangkan kreativitas si murid. Itulah yang menyebabkan fisika menjadi momok dan dianggap sebagai salah satu pelajaran killer.

Hal lain yang penulis temukan di lapangan adalah siswa cendrung untuk menghafal rumus-rumus atau masih kurangnya pemahaman konsep siswa terhadap pelajaran ini, sehingga siswa tidak tahu bagaimana memecahkan masalah yang ditemukan dalam peajaran fisika. Gejala lain yang terlihat di saat pembelajaran yang sedang berlangsung adalah siswa cendrung diam serta sedikit aktif untuk memberikan pertanyaan.
Salah satu prinsip psikologi belajar manyatakan bahwa makin besar keterlibatan siswa siswa dalam kegiatan, maka makin besar baginya untuk mengalami proses belajar. Siswa akan mudah memahami konsep yang rumit dan abstrak jika disertai contoh-contoh yang konkrit, contoh-contoh yang sesuai dengan kondisi sehari-hari dan mempraktekkannya sendiri. Hal ini berarti pembelajaran yang baik harus sesuai dengan indikator KTSP yaitu meliputi aspek kognitif, aspek afektif dan aspek psikomotorik. Oleh karena itu, proses pembelajaran harus diformulasikan dan diarahkan untuk membantu peserta didik agar mampu berinteraksi secara sosial dan memanfaatkan alam bagi kehidupannya di masa mendatang. Dalam upaya meningkatkan hasil belajar fisika siswa, maka seorang guru harus dapat memilih strategi yang tepat dan sesuai dengan kemampuan siswa. Pemberian metode yang tepat tentunya diharapkan siswa dapat belajar aktif tidak dalam bentuk pasif yang hanya menerima materi dari guru tanpa tanggapan apapun. Maka salah satu faktor pendukung dalam pendidikan yaitu dengan meningkatkan aktifitas dan kreativitas siswa. Menurut Slameto (2003:138) :
Kreativitas adalah hasil belajar dalam kecakapan kognitif, sehingga untuk menjadi kreatif dapat dipelajari melalui proses belajar mengajar. Hasil belajar mengajar dalam kecakapan kognitif itu mempunyai hierarki/bertingkat-tingkat. Adapun tingkat-tingkat yang dimaksud adalah : (a). Informasi non verbal; (b). Informasi fakta dan pengetahuan verbal; (c). Konsep dan prinsip; (d). Pemecahan masalah dan kreativitas. Informasi non verbal dikenal/dipelajari dengan cara penginderaan terhadap objek-objek dan peristiwa-peristiwa secara langsung. Informasi fakta dan pengetahuan verbal dikenal/dipelajari dengan cara mendengarkan orang lain dan dengan jalan/cara membaca. Semuanya itu penting untuk memperoleh konsep-konsep. Selanjutnya, konsep-konsep itu-itu penting untuk membentuk prinsip-prinsip. Kemudian prinsip-prinsip itu penting di dalam pemecahan masalah dan di dalam kreativitas.

Untuk mengatasi permasalahan di atas maka dituntut kreativitas guru menggunakan metode mengajar yang tepat sehingga dalam proses belajar mengajar dapat meningkatkan motivasi, minat dan aktivitas siswa dalam belajar. Syaiful Bahri Djamarah (2006:38) menyatakan:
Dalam kegiatan belajar mengajar, anak adalah subjek dan sebagai objek dari kegiatan pengajaran. Karena itu, inti proses pengajaran tidak lain adalah kegiatan belajar anak didik dalam mencapai suatu tujuan pengajaran. Tujuan pengajaran tentu saja akan dapat tercapai jika anak didik berusaha secara aktif untuk mencapainya. Keaktifan anak didik di sini tidak hanya dituntut dari segi fisik, tetapi juga dari segi kejiwaan. Bila hanya fisik anak yang aktif , tetapi pikiran dan mentalnya kurang aktif, maka kemungkinan besar tujuan pembelajaran tidak tercapai. Ini sama halnya anak didik tidak belajar, karena anak didik tidak merasakan perubahan di dalam dirinya.

Salah satu metode yang menuntut keaktifan siswa adalah menerapkan pembelajaran metode Power of Two. Pembelajaran aktif adalah suatu pembelajaran yang mengajak siswa untuk belajar serta berpartisipasi secara aktif. Penerapan Power of Two pada pembelajaran aktif diperkirakan dapat mengembangkan keterampilan, kreativitas serta keaktifan siswa dalam proses belajar. Penerapan cara belajar Power of Two pada pembelajaran aktif ini siswa diberikan beberapa pertanyaan yang dalam menjawabnya memerlukan perenungan dan setelah siswa menemukan jawaban, maka mereka dibentuk secara berpasangan untuk mendiskusikan jawaban mereka masing-masing sehingga dapat memantapkan konsep. Dalam pembelajaran Power of Two, masalah didesain oleh guru sesuai dengan topik yang akan dibahas pada pertemuan jam pelajaran.
Dengan adanya keterlibatan siswa secara langsung dalam pembelajaran akan dapat meningkatkan motivasi dan keaktifan siswa dalam belajar. Selain itu siswa juga di biasakan dalam berinteraksi dengan teman diskusinya, dimana siswa dapat menanyakan materi yang belum dimengerti kepada temannya tersebut, karena kelompok merupakan suatu kesatuan yang utuh, dimana siswa benar-benar bekerja sama untuk menjadi kelompok yang terbaik.
Jadi dengan menerapkan strategi belajar aktif tipe power of two siswa nantinya dapat saling membantu, kemudian kesimpulan-kesimpulan yang didapat dari kegiatan belajar ini akan bertahan lama dalam ingatan siswa, sehingga strategi belajar ini bisa membantu siswa dalam memahami konsep-konsep fisika yang ditandai nantinya dengan peningkatan hasil belajar baik dari aspek afektif dan kognitif.
Berdasarkan uraian di atas penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul : “Penerapan Strategi Belajar Aktif Tipe Power of Two di Kelas X SMA Negeri 6 Padang”.

B.Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah dapat diidentifikasikan masalah yang ditemukan di SMA Negeri 6 Padang sebagai berikut:
1. Dalam kegiatan belajar mengajar akan melibatkan semua komponen pengajaran, kegiatan belajar mengajar akan menentukan sejauh mana tujuan yang telah ditetapkan untuk dicapai. Untuk mencapai tujuan tersebut pembelajaran di kelas dapat dikembangkan melalui berbagai metode seperti metode ceramah, diskusi kelompok, demonstrasi, eksperimen, belajar aktif dan pembelajaran langsung lainnya.
2. Pembelajaran yang akan dilakukan dalam penelitian ini yaitu menerapkan strategi belajar aktif tipe power of two yang bertujuan untuk meningkatkan minat dan motivasi siswa melalui tahap pemecahan masalah secara individu, kemudian diskusi belajar antara dua orang siswa, dan penyamaan konsep yang dibimbing oleh guru. Sedangkan pembelajaran lain yang digunakan yaitu diskusi kelas antara guru dengan siswa dengan proses tanya jawab selama pembelajaran.
3. Hasil belajar fisika siswa yang dinilai disini meliputi ranah kognitif, afektif dan psikomotor.

C. Batasan Masalah
Agar lebih terpusat dan terarahnya penelitian ini maka dilakukan pembatasan masalah meliputi :
1. Metode pembelajaran yang digunakan pada kelas eksperimen adalah penerapan strategi belajar aktif tipe Power Of Two, sedangkan pada kelas kontrol menggunakan metode belajar diskusi kelompok.
2. Materi pelajaran yang disampaikan sesuai dengan mata pelajaran fisika pada kelas X semester II tentang alat-alat optik.
3. Hasil belajar yang diteliti pada penelitian ini adalah pada ranah kognitif.





D. Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas yang menjadi rumusan masalahnya adalah ;
Apakah dengan Penerapan Strategi Belajar Aktif Tipe Power of Two dapat meningkatkan hasil belajar fisika siswa pada kelas X di SMA Negeri 6 padang?

E. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh penerapan strategi belajar aktif tipe Power of Two terhadap hasil belajar fisika siswa kelas X SMA Negeri 6 Padang.
F. Manfaat Penelitian
1. Pengalaman dan bekal awal bagi peneliti sendiri dalam rangka mengajarkan materi fisika di masa yang akan datang.
2. Bahan informasi bagi calon guru dan mahasiswa untuk melakukan penelitian lebih lanjut.
3. Sebagai masukan bagi guru-guru dalam merencanakan dan mengembangkan strategi pembelajaran terutama melalui penerapan strategi belajar aktif tipe Power of Two di sekolah.
4. Sumbangan pemikiran bagi dunia pendidikan dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan.

ALAT-ALAT OPTIK

ALAT-ALAT OPTIK

Posted on December 29, 2008 - Filed Under Uncategorized |

Mata





Mata manusia sebagai alat indra penglihatan dapat dipandang sebagai alat optik yang sangat penting bagi manusia.
Bagian-bagian mata menurut kegunaan fisis sebagai alat optik :
Kornea merupakan lapisan terluar yang keras untuk melindungi bagian-bagian lain dalam mata yang halus dan lunak.
Aqueous humor (cairan) yang terdapat di belakang kornea fungsi untuk membiaskan cahaya yang masuk ke dalam mata.
Lensa terbuat dari bahan bening (optis) yang elastik, merupakan lensa cembung berfungsi membentuk bayangan.Iris (otot berwarna) membentuk celah lingkaran yang disebut pupil.
Pupil berfungsi mengatur banyak cahaya yang masuk ke dalam mata. Lebar pupil diatur oleh iris, di tempat gelap pupil membuka lebar agar lebih banyak cahaya yang masuk ke dalam mata.
Retina (selaput jala) terdapat di permukaan belakang mata yang berfungi sebagai layar tempat terbentuknya bayangan benda yang dilihat. Bayangan yang jatuh pada retina bersifat : nyata, diperkecil dan terbalik.
Bintik buta merupakan bagian pada retina yang tidak peka terhadap cahaya, sehingga bayangan jika jatuh di bagian ini tidak jelas/kelihatan, sebaliknya pada retina terdapat bintik kuning.
Permukaan retina terdiri dari berjuta-juta sel sensitif, ada yang berbentuk sel batang berfungsi membedakan kesan hitam/putih dan yang berbentuk sel kerucut berfungsi membedakan kesan berwarna.Otot siliar (otot lensa mata) berfungsi mengatur daya akomodasi mata.
Cahaya yang masuk ke mata difokuskan oleh lensa mata ke permukaan retina. Oleh sel-sel yang ada di dalam retina, rangsangan cahaya ini dikirimkan ke otak. Oleh otak diterjemahkan sehingga menjadi kesan melihat.

Daya Akomodasi Mata.

Perlu diketahui bahwa jarak antara lensa mata dan retina selalu tetap. Sehingga dalam melihat benda-benda pada jarak tertentu perlu mengubah kelengkungan lensa mata. Untuk mengubah kelengkungan lensa mata, yang berarti mengubah jarak titik fokus lensa merupakan tugas otot siliar. Hal ini dimaksudkan agar bayangan yang dibentuk oleh lensa mata selalu jatuh di retina. Pada saat mata melihat dekat lensa mata harus lebih cembung (otot-otot siliar menegang) dan pada saat melihat jauh lensa harus lebih pipih (otot-otot siliar mengendor). Peristiwa perubahan-perubahan ini disebut daya akomodasi.

Daya akomodasi (daya suai) adalah kemampuan otot siliar untuk menebalkan atau memipihkan kecembungan lensa mata yang disesuaikan dengan dekat atau jauhnya jarak benda yang dilihat.
Manusia memiliki dua batas daya akomodasi (jangkauan penglihatan) yaitu :
1. titik dekat mata (punctum proximum) adalah jarak benda terdekat di depan mata yang masih dapat dilihat dengan jelas. Untuk mata normal (emetropi) titik dekatnya berjarak 10cm s/d 20cm (untuk anak-anak) dan berjarak 20cm s/d 30cm (untuk dewasa). Titik dekat disebut juga jarak baca normal.
2. titik jauh mata (punctum remotum) adalah jarak benda terjauh di depan mata yang masih dapat dilihat dengan jelas. Untuk mata normal titik jauhnya adalah “tak terhingga”.

Cacat Mata
Berkurangnya daya akomodasi mata seseorang dapat menyebabkan berkurangnya kemampuan mata untuk melihat benda pada jarak tertentu dengan jelas. Cacat mata yang disebabkan berkurangnya daya akomodasi, antara lain rabun jauh, rabun dekat dan rabun dekat dan jauh. Selain tiga jenis itu, masih ada jenis cacat mata lain yang disebut astigmatisma.
Cacat mata dapat dibantu dengan kacamata. Kacamata hanya berfungsi membantu penderita cacat mata agar bayangan benda yang diamati tepat pada retina. Kacamata tidak dapat menyembuhkan cacat mata. Ukuran yang diberikan pada kacamata adalah kekuatan lensa yang digunakan. Kacamata berukuran -1,5, artinya kacamata itu berlensa negatif dengan kuat lensa -1,5 dioptri.Berkurangnya daya akomodasi mata dapat menyebabkan cacat mata sebagai berikut :




Rabun jauh (miopi)


Rabun jauh yaitu mata tidak dapat melihat benda-benda jauh dengan jelas, disebut juga mata perpenglihatan dekat (terang dekat/mata dekat). Penyebab terbiasa melihat sangat dekat sehingga lensa mata terbiasa tebal. Miopi sering dialami oleh tukang arloji, penjahit, orang yang suka baca buku (kutu buku) dan lain-lain.
Untuk mata normal (emetropi) melihat benda jauh dengan akomodasi yang sesuai, sehingga bayangan jatuh tepat pada retina.
Mata miopi melihat benda jauh bayangan jatuh di depan retina, karena lensa mata terbiasa tebal.
Mata miopi ditolong dengan kacamata berlensa cekung (negatif).



Tugas dari lensa cekung adalah membentuk bayangan benda di depan mata pada jarak titik jauh orang yang mempunyai cacat mata miopi. Karena bayangan jatuh di depan lensa cekung, maka harga si adalah negatif. Dari persamaan lensa tipis, 1/f=1/So+1/Si si adalah jarak titik jauh mata miopi. so adalah jarak benda ke mataf adalah fokus lensa kaca mata.

Rabun dekat (hipermetropi)



Rabun dekat tidak dapat melihat jelas benda dekat, disebut juga mata perpenglihatan jauh (terang jauh/mata jauh). Rabun dekat mempunyai titik dekat yang lebih jauh daripada jarak baca normal. Penyebab terbiasa melihat sangat jauh sehingga lensa mata terbiasa pipih.
Rabun dekat sering dialami oleh penerbang (pilot), pelaut, sopir dan lain-lain. Rabun jauh ditolong dengan kacamata berlensa cembung (positif).



Bayangan yang dibentuk lensa cembung harus berada pada titik dekat mata penderita rabun dekat. Karena bayangan yang dihasilkan lensa cembung berada di depan lensa maka harga si adalah negatif. Dari persamaan lensa tipis, 1/f=1/So+1/Si
si adalah jarak titik jauh mata hipermetropi. so adalah jarak benda ke mataf adalah fokus lensa kaca mata.

Mata tua (presbiopi)

Mata tua tidak dapat melihat dengan jelas benda-benda yang sangat jauh dan benda-benda pada jarak baca normal, disebabkan daya akomodasi telah berkurang akibat lanjut usia (tua). Pada mata tua titik dekat dan titik jauh keduanya telah bergeser. Mata tua diatasi atau ditolong dengan menggunakan kacamata berlensa rangkap (cembung dan cekung). Pada kacamata dengan lensa rangkap, lensa negatif bekerja seperti lensa pada kaca mata miopi, sedangkan lensa positif bekerja seperti halnya pada kacamata hipermetropi.

Astigmatisma (mata silindris)



Astigmatisma disebabkan karena kornea mata tidak berbentuk sferik (irisan bola), melainkan lebih melengkung pada satu bidang dari pada bidang lainnya. Akibatnya benda yang berupa titik difokuskan sebagai garis. Mata astigmatisma juga memfokuskan sinar-sinar pada bidang vertikal lebih pendek dari sinar-sinar pada bidang horisontal.Astigmatisma ditolong/dibantu dengan kacamata silindris.

Kamera


Kamera digunakan manusia untuk merekam kejadian penting atau kejadian yang menarik. Banyak jenis dan model kamera dapat kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari. Kamera yang dipakai wartawan berbeda dengan yang dipakai fotografer. Kamera video dipakai dalam pengambilan gambar untuk siaran televisi atau pembuatan film. Kamera elektronik (autofokus) lebih mudah dipakai karena tanpa pengaturan lensa. Dewasa ini sudah ada kamera digital yang data gambarnya tidak perlu melalui proses pencetakan melainkan dapat dilihat atau diolah melalui komputer.
Bagian-bagian kamera mekanik (bukan otomatis) menurut kegunaan fisis :
lensa cembung berfungsi untuk membentuk bayangan dari benda yang difoto
diafragma berfungsi untuk membuat sebuah celah/lubang yang dapat diatur luasnya
aperture yaitu lubang yang dibentuk diafragma untuk mengatur banyak cahaya
shutter pembuka/penutup “dengan cepat” jalan cahaya yang menuju ke pelat film
pelat film berfungsi sebagai layar penangkap/perekam bayangan.Setiap benda yang di foto, terletak pada jarak yang lebih besar dari dua kali jarak fokus di depan lensa kamera, sehingga bayangan yang jatuh pada pelat film memiliki sifat nyata, terbalik dan diperkecil. Untuk memperoleh bayangan yang tajam dari benda-benda pada jarak yang berbeda-beda, lensa cembung kamera dapat digeser ke depan atau ke belakang.

Lup (kaca pembesar)



Lup (kaca pembesar) dipakai untuk melihat benda-benda kecil agar tampak lebih besar dan jelas. Oleh tukang arloji, lup dipakai agar bagian jam yang diperbaikinya kelihatan lebih besar dan jelas. Oleh siswa saat praktikum biologi, lup dipakai untuk mengamati bagian hewan atau tumbuhan agar kelihatan besar dan jelas.

Sebagai alat optik, lup berupa lensa cembung tebal (berfokus pendek). Sifat bayangan yang diharapkan dari benda kecil yang dilihat dengan lup adalah tegak dan diperbesar. Orang yang melihat benda dengan menggunakan lup akan mempunyai sudut penglihatan (sudut anguler) yang lebih besar daripada orang yang melihat dengan mata biasa. Ada dua cara memakai lup, yaitu dengan mata tak berakomodasi dan mata berakomodasi.

Melihat dengan mata tak berakomodasi
Untuk melihat tanpa berakomodasi maka lup harus membentuk bayangan di jauh tak berhingga. Benda yang dilihat harus diletakkan tepat pada titik fokus lup. Perhatikan Gambar dibawah !

Keuntunganya adalah untuk pengamatan lama mata tidak cepat lelah, sedangkan kelemahannya dari segi perbesaran berkurang. Sifat bayangan yang dihasilkan maya, tegak dan diperbesar.
Perbesaran anguler yang didapatkan adalah :
M = PP/f
Keterangan :
M = perbesaran lup
PP= titik dekat mata
f = jarak titik fokus lensa

Melihat dengan mata berakomodasi
Agar mata dapat melihat dengan berakomodasi maksimum, maka bayangan yang dibentuk oleh lensa harus berada di titik dekat mata (PP). Benda yang dilihat harus terletak antara titik fokus dan titik pusat sumbu lensa.Perhatikan Gambar di bawah !

Kelemahannya untuk pengamatan lama mata cepat lelah, sedangkan keuntungannya dari segi perbesaran bertambah.
Sifat bayangan yang dihasilkan maya, tegak dan diperbesar.
Perbesaran anguler yang didapatkan adalah :
M = PP/f + 1
Keterangan :
M = perbesaran lup
PP= titik dekat mata
f = jarak titik fokus lensa

Mikroskop




Penggunaan lup untuk mengamati benda-benda kecil ada batasnya. Jika kita menggunakan lup yang berjarak fokus kecil untuk mendapatkan perbesaran yang lebih besar, bayangan yang diperoleh tidak sempurna. Untuk itu, diperlukan mikroskop. Dengan memakai mikroskop kita dapat mengamati benda atau hewan renik, seperti bakteri dan virus yang tidak dapat dilihat mata secara langsung ataupun dengan memakai lup. Jenis mikroskop mutakhir yang sudah dibuat manusia adalah mikroskup elektron. Dalam subbab ini akan dipelajari mikroskop cahaya yang proses kerjanya memanfaatkan lensa cembung dengan menerapkan pembiasan cahaya.Mikroskop cahaya mempunyai bagian utama berupa dua lensa cembung. Lensa yang menghadap benda disebut lensa objektif dan yang dekat ke mata disebut lensa okuler. Jarak fokus lensa objektif lebih kecil dari jarak fokus lensa okuler. Selain itu, mikroskop dilengkapi dengan cermin cekung yang berfungsi untuk mengumpulkan cahaya pada objek preparat yang akan diamati. Untuk mengatur panjang mikroskop agar diperoleh bayangan dengan jelas digunakan makrometer dan mikrometer.


Dasar kerja mikroskop
Obyek atau benda yang diamati harus diletakkan di antara Fob dan 2Fob, sehingga lensa obyektif membentuk bayangan nyata, terbalik dan diperbesar. Bayangan yang dibentuk lensa obyektif merupakan benda bagi lensa okuler. Lensa okuler berperan seperti lup yang dapat diatur/digeser-geser sehingga mata dapat mengamati dengan cara berakomodasi atau tidak berakomodasi.

Pengamatan dengan akomodasi maksimum
Untuk pengamatan dengan akomodasi maksimum, maka bayangan yang dibentuk oleh lensa okuler harus jatuh pada titik dekat mata (PP). Perhatikan gambar !



Perbesaran yang diperoleh adalah merupakan perbesaran oleh lensa obyektif dan lensa okuler yaitu:
M = Moby x Mok
M = (Si/So) x (PP/f okuler + 1)

Pengamatan dengan mata tidak berakomodasi
Untuk pengamatan dengan mata tidak berakomodasi, maka bayangan yang dibentuk oleh lensa okuler harus berada pada titik jauh mata. Perhatikan gambar !



Perbesaran yang diperoleh adalah merupakan perbesaran oleh lensa obyektif dan lensa okuler yaitu:
M = Moby x Mok
M = (Si/So) x (PP/f okuler)

Panjang Mikroskop
Panjang mikroskop adalah jarak lensa obyektif terhadap lensa okuler dirumuskan :
Untuk mata berakomodasi
d = Si (ob) + So (ok)
Keterangan :
d = panjang mikroskop
Si (ob) = jarak bayangan lensa obyektif
So (ok) = jarak benda lensa okuler

Untuk mata tidak berakomodasi
d = Si (ob) + f (ok)
Keterangan :
d = panjang mikroskop
Si (ob) = jarak bayangan lensa obyektif
f (ok) = jarak fokus lensa okuler

Teropong (Teleskop)

A. Teropong bintang



Teropong bintang disebut juga teropong astronomi.

- terdiri dari 2 buah lensa cembung.

- jarak fokus lensa obyektif lebih besar dari jarak fokus lensa okuler.

Dasar Kerja Teropong

Obyek benda yang diamati berada di tempat yang jauh tak terhingga, berkas cahaya datang berupa sinar-sinar yang sejajar. Lensa obyektif berupa lensa cembung membentuk bayangan yang bersifat nyata, diperkecil dan terbalik berada pada titik fokus.

Bayangan yang dibentuk lensa obyektif menjadi benda bagi lensa okuler yang jatuh tepat pada titik fokus lensa okuler.

Penggunaan dengan mata tidak berkomodasi

Untuk penggunaan dengan mata tidak berkomodasi, bayangan yang dihasilkan oleh lensa obyektif jatuh di titik fokus lensa okuler.

Perbesaran anguler yang diperoleh adalah :

M = f (ob) / f (ok)

Panjang teropong adalah :

M = f (ob) + f (ok)

Penggunaan dengan mata berkomodasi maksimal

Untuk penggunaan dengan mata berkomodasi maksimal bayangan yang dihasilkan oleh lensa obyektif jatuh diantara titik pusat bidang lensa dan titik fokus lensa okuler.

Perbesaran anguler dapat diturunkan sama dengan penalaran pada pengamatan tanpa berakomodasi dan didapatkan :

M = f (ob) / So (ok)

Panjang teropong adalah :

M = f (ob) + So (ok)
B. Teropong Bumi


Teropong bumi disebut juga teropong medan.
Terdiri dari 3 buah lensa cembung yaitu lensa obyektif, lensa okuler dan lensa pembalik.

Dasar Kerja Teropong Bumi :
Lensa obyektif membentuk bayangan bersifat nyata, terbalik dan diperkecil yang jatuh pada fob.
Bayangan dibentuk oleh lensa obyektif menjadi benda bagi lensa pembalik jatuh pada jarak 2f pembalik sehingga terbentuk bayangan pada jarak 2f pembalik juga yang bersifat nyata, terbalik, dan sama besar .



Dengan adanya lensa pembalik panjang teropong dirumuskan menjadi :

d = f (ob) + 4f (pembalik) + f (ok)

Lensa pembalik berfungsi untuk membalikkan arah cahaya sebelum melewati lensa okuler, lensa okuler berfungsi seperti lup membentuk bayangan bersifat maya, tegak, dan diperbesar.
Adanya lensa pembalik tidak mempengaruhi perbesaran akhir, bayangan akhir bersifat maya, tegak dan diperbesar dengan perbesaran :
M = d = f (ob) / f (ok)

C. Teropong prisma (binokuler)



Teropong prisma terdiri atas dua pasang lensa cembung (sebagai lensa objektif dan lensa okuler) dan dua pasang prisma kaca siku-siku samakaki. Sepasang prisma yang diletakkan berhadapan, berfungsi untuk membelokkan arah cahaya dan membalikkan bayangan.
Bayangan yang dibentuk lensa objektif bersifat nyata, diperkecil, dan terbalik. Bayangan nyata dari lensa objektif menjadi benda bagi lensa okuler. Sebelum dilihat dengan lensa okuler, bayangan ini dibalikkan oleh sepasang prisma siku-siku sehingga bayangan akhir dilihat maya, tegak, dan diperbesar. Perbesaran bayangan yang diperoleh dengan memakai teropong prisma sama dengan teropong bumi.Beberapa keuntungan praktis dari teropong prisma dibandingkan teropong yang lain :
1. Menghasilkan bayangan yang terang, karena berkas cahaya dipantulkan sempurna oleh bidang-bidang prisma.

2. Dapat dibuat pendek sekali, karena sinarnya bolak-balik 3 kali melalui jarak yang sama (dipantulkan 4 kali oleh dua prisma).
3. Daya stereoskopis diperbesar, dua mata melihat secara bersamaan
4. Dengan adanya prisma arah cahaya telah dibalikkan sehingg terlihat bayangan akhir bersifat maya, diperbesar dan tegak.

D. Teropong pantul astronomi .

Teropong pantul terdiri dari sebuah cermin cekung berjarak fokus besar sebagai cermin objektif, sebuah lensa cembung sebgai lensa okuler dan sebuah cermin datar sebagai pembelok arah cahaya dari cermin objektif ke lensa okuler.


E. Teropong panggung
Teropong panggung terdiri dari dua lensa, yaitu :
- lensa obyektif berup lensa cembung
- lensa okuler berupa lensa cekungDasar kerja dari teropong panggung
Sinar-sinar sejajar yang masuk ke lensa obyektif membentuk bayangan tepat di titik fokus lensa obyektif. Bayangan ini akan berfungsi sebagai benda maya bagi lensa okuler. Oleh lensa okuler dibentuk bayangan yang dapat dilihat oleh mata. Perlu diketahui bahwa bayangan yang dibentuk lensa okuler adalah tegak.
Perhatikan diagram dari proses terbentuknya bayangan benda pada gambar berikut.




Dari gambar diatas untuk pengamatan tanpa berakomodasi), maka panjang teropong adalah :
d = f (ob) - f (ok)

Perbesaran anguler yang didapatkan adalah sama dengan perbesaran pada teropong bintang ataupun juga teropong bumi.
M = f (ob) / f (ok)

Silahkan anda klik disini untuk mempelajari lebih lanjut tentang teropong .



Soal Latihan

1. Sebuah lup memiliki fokus 2,5 cm. Berapakah perbesaran sudut lup untuk mata tak berakomodasi?
2. Seseorang yang memakai kacamata - 0,25 dioptri dapat melihat benda yang sangat jauh dengan jelas. Jika orang tersebut melepas kacamatanya, berapakah jarak paling jauh yang masih dapat dilihatnya ?
3. Seseorang yang titik dekatnya 50 cm hendak membaca buku yang diletakkan pada jarak 25 cm. Hitung kekuatan kaca mata yang dipakai.
4. Seorang rabun dekat dapat melihat benda dengan jelas pada jarak kurang dari 75 cm. Jika ia menggunakan kacamata yang mempunyai kuat lensa 2,5 dioptri, berapa titik dekatnya setelah ia memakai kacamata ?
5. Sebuah mikroskop mempunyai jarak fokus lensa obyektif 2 cm dan jarak fokus lensa okuler 5 cm. Panjang mikroskop 25 cm. Jika mata normal melihat benda renik tanpa berakomodasi, hitung perbesaran total mikroskop.
6. Sebuah teropong bumi memiliki lensa obyektif berfokus 16 cm dan lensa okuler berfokus 10 cm dan lensa pembalik berfokus 2 cm. Jitung berapa panjang teropong.
7. Sebuah teropong bintang mempunyai daya perbesaran 20 X dan memberikan bayangan di tempat yang jauhnya tak terhingga. Jarak fokus lensa obyektif 100 cm. Hitung panjang teropong.