Subscribe For Free Updates!

We'll not spam mate! We promise.

1.21.2010

Global Warming, Pembunuh Terbesar Sepanjang Abad


Gonjang ganjing perseteruan antara KPK dan Polri menyedot banyak perhatian masyarakat, seolah-olah tidak ada yang lebih penting dari itu.

Sampai-sampai kedatangan Duta Besar Inggris ke Jakarta yang juga cukup penting sama sekali luput dari perhatian masyarakat padahal kedatangan beliau ingin menyampaikan informasi yang sangat penting tentang kehidupan kita.

Dalam kunjungannya ke Jakarta, Dubes Inggris menunjukkan peta dunia yang menggambarkan bagaimana bumi ini akibat pemanasan global. Menurut beliau, akibat pemanasan global, suhu akan meningkat sebesar 4 derajat Celsius yang akan menyebabkan mencairnya es di kutub sehingga permukaan air laut naik setinggi 80 sentimeter. Bagian yang paling menderita adalah Asia termasuk Indonesia. Dari kenaikan permukaan air laut setinggi 80 sentimeter tersebut, sebagai negara kepulauan, 2000 pulau-pulau Indonesia diramalkan akan tenggelam atau hilang. Kehilangan pulau-pulau tersebut merupakan ancaman dari batas dan keamanan negara. Yang lebih menyedihkan, 33 juta orang akan kehilangan tempat tinggal karena kebanjiran. Indonesia akan mengalami yang sangat besar, ekosistem laut akan terkena dampak serius dengan hilangnya terumbu karang dan pemancingan komersial yang merupakan salah satu asset bangsa yang sangat berharga. Dampak lainnya yang tidak kalah merugikannya adalah musim kemarau yang berkepanjangan sehingga dapat menyulitkan sektor pertanian, disertai dengan bencana topan tropis yang berkepanjangan dan sulit diprediksi.

Pembunuh Terbesar Sepanjang Abad

Bila dibandingkan dengan penyakit dan kejadian lain, tidak berlebihan bila dikatakan bahwa pemanasan global adalah pembunuh terbesar sepanjang abad. Para peneliti dari Organisasi Kesehatan Dunia dan Universitas Winconsin di Madison, AS, memperkirakan bahwa perubahan iklim telah merenggut nyawa sekitar 150.000 orang per tahun, jumlah ini diperkirakan berlipat ganda sebelum 2030. Pemanasan global bertanggung jawab bagi penyakit yang diderita sekitar 5 juta orang per tahun karena berbagai faktor seperti penyakit infeksi yang menyebar lebih banyak karena panas, termasuk meningkatnya frekuensi dan kekuatan bencana. Penemuan sebelumnya juga menunjukkan bahwa angka kematian terjadi lebih tinggi di wilayah bersuhu lebih tinggi daripada di wilayah bersuhu dingin. Selama musim panas tahun 2003 telah terjadi gelombang panas yang menyebabkan puluhan ribu orang meninggal dunia di Eropa. Dari mereka yang tidak dapat bertahan hidup ini, 14.000 korban meninggal dunia diantaranya terdapat di Prancis.

Sebelum saya mengulas lebih lanjut, ada baiknya dijelaskan terlebih dulu penyebab terjadinya pemanasan global. Pemanasan global terjadi akibat adanya selubung gas di atmosfer bumi yang terbentuk dari gas-gas polutan udara (disebut dengan gas rumah kaca) yang dapat menghalangi energi panas matahari keluar dari permukaan bumi, akibatnya energi panas terperangkap dan suhu di bumi meningkat. Gas karbon merupakan gas utama penyebab gas rumah kaca yang dihasilkan dari polusi transportasi, asap dari cerobong pabrik, pembakaran hutan, gunung meletus, pembakaran sampah, hasil buangan mesin yang menggunakan bahan bakar fosil dan sebagainya. Gas lainnya yang berkontribusi besar adalah gas metan.

Gas metan diproduksi oleh bakteri dalam keadaan anaerob. Secara alamiah lahan gambut, rawa dan sediment di daerah pantai merupakan sumber utama dari gas metan di atmosfer, akan tetapi manusia juga berperan penting terhadap peningkatan gas metan di atmosfer, terutama sejak jaman pra industri yaitu melalui kegiatan-kegiatan peternakan, pertanian padi sawah, sampah, pembakaran batubara dan penggunaan minyak bumi.

Indonesia, Kontributor Utama Pemanasan Global

Pada tahun 2007, dari hasil kajian ke-4 Inter-governmental Panel on Climate Change (IPCC), negara kita pernah dinobatkan oleh WMO dan UNEP sebagai negara "nomor satu" penyumbang terbesar gas CO2 ke atmosfer. Hal ini didasari hasil pendataan kebakaran hutan yang terjadi selama 2006 sehingga Indonesia banyak "mengirimkan" asap ke beberapa negara tetangga. Kemudian pada tahun ini, Indonesia juga masih termasuk negara 10 besar kontributor pemanasan global.

Atas hal ini, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dalam pertemuan "Climate Change Talk" di Bangkok Thailand awal Oktober 2009 yang lalu telah menargetkan penurunan emisi sebanyak 26 persen. Menteri Negara Lingkungan Hidup terpilih dalam Kabinet Indonesia II, Prof. Dr. Ir. Gusti Muhammad Hatta dalam "agenda 100 hari"-nya memprioritaskan adanya kontribusi Indonesia dalam mengelola perubahan iklim dan pemanasan global. Selain itu, Departemen Kehutanan juga telah berupaya untuk ikut serta dalam pengendalian perubahan iklim dan pemanasan global dengan cara memperbanyak pohon dan tanam-tanaman sehingga memperbanyak penyerapan unsur-unsur gas-gas rumah kaca, serta melestarikan hutan yang ada.

Pemerintah menargetkan, pada tahun 2009 ini bangsa Indonesia mampu menanam sebanyak 230 juta batang pohon. Untuk dapat memenuhi target satu orang menanam satu pohon, bangsa Indonesia harus bekerja dan berusaha keras membangkitkan dan mengembangkan partisipasi masyarakat seluas-luasnya. Dengan perhitungan orang per orang, maka secara individu, secara keluarga, kelompok, RT, RW, Desa, Kelurahan, Kecamatan, Wilayah, hingga Pemerintah Daerah harus diupayakan berpartisipasi melakukan penanaman pohon. Kita harus mulai dari diri sendiri, kita mulai dari lingkungan kita sendiri, kita mulai dari sekarang, ONE MAN ONE TREE!

Gerakan penanaman dan pemeliharaan pohon harus terus digelorakan dan dilakukan secara kontinyu pada setiap tahun masa tanam. Dalam waktu 5 sampai 10 tahun mendatang, bangsa Indonesia akan menikmati indahnya bumi Indonesia hijau berseri.

Upaya-upaya yang akan dilakukan oleh pak menteri sepantasnyalah kita apresiasi secara positif. Pelestarian dan penyelamatan lingkungan harus berpijak pada kesadaran masyarakat. Tanpa ada peran serta dan kerja sama yang baik antara pemerintah dan masyarakat, maka program yang demikian hebat sekalipun dan ditopang dengan dana yang cukup besar akan sia-sia.

Wujud Kepedulian Kita

Program yang telah diinisiasi oleh pemerintah pusat sebaiknya segera di respons oleh pemerintah daerah. Pemerintah Kota dan DPRD Medan ada baiknya segera menerbitkan Perda yang mewajibkan satu rumah dua pohon. Perda seperti ini akan mendapat dukungan dari segenap masyarakat Kota Medan.

Budaya gotong royong yang pernah menjadi identitas bangsa ini sebaiknya kita hidupkan lagi. Kuburlah dalam-dalam kebiasaan-kebiasaan sikap acuh tak acuh terhadap lingkungan sekitar. Wujud kepedulian kita adalah dalam bentuk tidak membiarkan sampah dan lumpur bekas penggalian drainase (parit-parit) yang saat ini banyak menumpuk hampir di semua jalan-jalan di kota Medan.

Kalangan industri juga harus terlibat aktif dan mau melakukan investasi di bidang perbaikan lingkungan. Bila lingkungan rusak dan banyak yang sakit maka daya beli masyarakat untuk membeli produk yang dihasilkan akan sangat rendah. Sebaliknya, bila masyarakat sehat dan produktif maka daya beli masyarakat akan meningkat.

Semua orang pasti mati. Ini adalah suatu kenyataan yang tak terbantahkan. Lalu yang menjadi pertanyaan kemudian apakah kita mau mati karena tertimpa bangunan akibat bencana alam, atau mati karena banjir bandang, atau mati karena kelaparan akibat hasil panen kita yang puso karena kemarau panjang, ataupun mati meregang nyawa akibat dehidrasi karena suhu panas yang menyengat. Semuanya terserah pilihan pembaca. ***

Socializer Widget By Blogger Yard
SOCIALIZE IT →
FOLLOW US →
SHARE IT →

0 komentar:

Posting Komentar